Bisnis.com, JAKARTA - Aplikasi resmi di Google Play Store ataupun Apple App Store ternyata tidak bisa dijamin aman dan sulit dipantau. Sebab, aplikasi yang hari ini terbukti aman bisa saja kemudian diubah dan disalah gunakan salah satunya untuk aksi pencurian data.
Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan pengembang sulit memantau keamanan sebuah aplikasi di toko aplikasinya.
"Saya harus mengatakan bahwa 90 persen aplikasi di Toko Aplikasi di platform Android dan iOS itu memiliki kemampuan untuk melakukan ekstraksi data atau data mining yang masif bahkan juga bisa menghidupkan mikrofon dan kamera di ponsel cerdas secara remote," katanya, Jumat (22/4/2022).
Menurut Ardi, penayangan dan penawaran aplikasi kepada pengguna tidak melalui aturan dan regulasi yang berada di negara-negara penggunanya, melainkan berasal dari bisnis Toko Aplikasi yang di luar jangkauan penegakan hukum regulator di berbagai negara.
Selain itu, sambung dia, secara garis besar ada beberapa hal yang membuat regulator di berbagai negara kesulitan untuk memeriksa keamanan sebuah aplikasi bagi penggunanya.
Pertama, diperkirakan pada 2023, pendapatan-pendapatan dari aplikasi di Toko Aplikasi akan mencapai kurang lebih US$935 miliar. Kedua, Toko Aplikasi milik Apple (Apple App Store) memiliki 1,96 juta aplikasi yang siap diunduh oleh konsumen.
Ketiga, di Toko Aplikasi Google (Google Play Store) saat ini terdapat 2,87 juta aplikasi yang juga bisa diunduh. Keempat, 21 persen kaum milenial membuka aplikasinya lebih dari 50 kali per hari dan 49 persen masyarakat umum lainnya membuka aplikasinya rata-rata 11 kali lebih per hari.
Kemudian kelima, di Amerika saja 70 persen waktu dari masyarakatnya dihabiskan pada penggunaan aplikasi. Keenam, rata-rata pengguna telepon cerdas mempergunakan 10 aplikasi per hari atau 30 aplikasi per bulan.
Terakhir atau ketujuh, 98 persen pendapatan aplikasi baik di platform Apple maupun Android berasal dari aplikasi-aplikasi yang bersifat gratis.
"Ini gambaran besarnya mengapa akan sulit bagi regulator di berbagai negara untuk memeriksa keamanan-keamanan aplikasi tersebut bagi penggunanya," terang Ardi.
Sebelumnya, pengamat keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya juga mengatakan bahwa aplikasi resmi di sebuah Toko Aplikasi tidak bisa dijamin aman. Indikasi kejahatan akan sulit terdeteksi jika dijalankan dengan hati-hati oleh pembuat aplikasi.
"Hal ini hanya akan terdeteksi jika trafik dan detail aplikasi ini diamati dengan seksama dengan tools monitoring khusus. Harus ada institusi yang mengawasi hal ini," imbuhnya.