Indonesia Butuh 9 Satelit Deteksi Dini Bencana, Ketersediaan Anggaran Memungkinkan?

Rahmi Yati
Kamis, 24 Maret 2022 | 12:40 WIB
Stasiun bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Stasiun bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) menilai keberadaan satelit yang mampu mendeteksi kebencanaan secara dini memang sangat dibutuhkan di Indonesia. Namun, ketersediaan anggaran harus diperhatikan.

Ketua Umum ASSI Hendra Gunawan mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana, sehingga keberadaan satelit untuk deteksi dini bencana sangat dibutuhkan.

"Untuk pembangunan satelitnya tidak berbeda jauh dengan pengembangan satelit lainnya. Namun yang paling harus dipastikan adalah ketersediaan anggaran," katanya, Kamis (24/3/2022).

Hendra menyebut, dalam upaya pembangunan tersebut, dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sangat diperlukan dalam mengamankan orbit dan pengaturan spektrum frekuensi yang akan digunakan.

Terlebih, sambung dia, satelit deteksi dini ini umumnya berada di orbit rendah. Jenis satelit yang digunakan juga satelit pencitraan yang mempunyai resolusi tinggi.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut Indonesia membutuhkan setidaknya sembilan satelit untuk bisa meningkatkan deteksi dini bencana secara akurat, cepat dan tepat.

Deputi Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG Muhamad Sadly mengatakan sampai saat ini, Indonesia belum memiliki satelit operasional indera jarak jauh (inderaja) yang melakukan pemantauan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat luas.

Dia juga menyebut alasan Indonesia membutuhkan minimal 9 satelit agar tidak ada informasi peringatan dini yang terlambat disampaikan kepada otoritas terkait dan masyarakat.

"Kita memerlukan sembilan satelit untuk melakukan orbital dan tanpa jeda. Kalau hanya satu satelit kita butuh 100 menit jeda sehingga tidak bisa dipakai untuk peringatan dini bencana. Itu sudah direncanakan ada sembilan satelit mengorbit pada 2024 dan itu tidak ada jeda," katanya dikutip dari laman BMKG, Kamis (24/3/2022).

Menurut Sadly, akan sangat sulit memantau Indonesia dengan melakukan patroli menggunakan pesawat terbang atau piranti terbang nirawak secara terus menerus di wilayah yang sangat luas karena akan menguras sumber daya manusia dan biaya.

"Tidak mungkin kita melakukan 'air borne' yang sangat mahal jatuhnya. Kita butuh satelit untuk monitoring secara berkelanjutan. Ini sudah waktunya kita wujudkan untuk memantau kondisi sumber daya alam dan kebencanaan di Tanah Air kita yang sangat membutuhkan, karena memiliki cakupan wilayah yang sangat luas sekali," sebutnya.

Sadly mengatakan Indonesia memiliki ancaman bencana kompleks, misalnya banjir, longsor, erupsi, gempa dan tsunami. Dalam melakukan pencegahan dan mitigasi multibencana tersebut tidak bisa ditangani dengan cara biasa harus ada terobosan, salah satunya lewat satelit pemantauan.

Jika tidak menggunakan satelit, lanjut Sadly, maka deteksi dini bencana akan sangat lama. Belum lagi saat bencana terjadi terdapat potensi sejumlah infrastruktur di permukaan bumi seperti listrik dan telekomunikasi lumpuh.

"Hanya dengan satelit segala kendala telekomunikasi dapat diatasi sehingga mitigasi bencana dapat dilakukan secara seksama sehingga mampu menekan munculnya korban," imbuh dia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Editor : Kahfi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper