Satelit Cadangan Tak Harus Bangun Sendiri, Lebih Hemat dengan Sistem Sewa

Ahmad Thovan Sugandi
Jumat, 11 Maret 2022 | 23:59 WIB
Ruang kendali Stasiun Bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Ruang kendali Stasiun Bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dapat menerapkan sistem sewa untuk pengadaan satelit cadangan untuk menghemat biaya.

Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward menyebut satelit cadangan, atau hot backup satelit untuk satelit Satria sangat diperlukan.

"Itu nanti akan digunakan bila satelit utama tidak berfungsi atau mengalami gangguan seperti tabrakan dengan benda luar angkasa," ujarnya, Jumat (11/3/2022).

Menurut Ian, pemerintah tidak harus membangun dari awal atau satelit cadangan tersebut. Pemerintah dapat melakukan sewa satelit atau menggunakan kapasitas dan fasilitas dari satelit yang sudah ada.

"Jika sewa tentu akan menghemat biaya, mengingat ini untuk cadangan," ujarnya.

Namun, dia menjelaskan meski membutuhkan waktu cukup lama dan biaya yang mahal, membangun satelit sendiri juga memiliki kelebihan tersendiri. Jika terjadi kerusakan atau masalah pada operasional satelit utama, maka proses pengalihan ke satelit cadangan dapat dilakukan lebih cepat.

Terkait pengadaan tender Hot Backup Satelite (HBS), Ian mengatakan perusahaan yang ditunjuk harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Terutama terkait ketepatan waktu dalam pengerjaan serta peluncuran satelit.

"Timeline harus diperhatikan selama pengerjaan, baik dari sisi regulasi, persiapan ground station, dan pengendalian," ujarnya.

Dia menambahkan sebagai satelit cadangan, HBS tidak harus memiliki spesifikasi yang setara dengan satelit utama Satria-1. Tetapi harus dapat dipastikan satelit cadangan tersebut cukup mumpuni untuk menggantikan operasional satelit utama jika terjadi kerusakan.

Sebagai informasi, pemerintah melalui Bakti Kemenkominfo telah menentukan pemenang proyek pengadaan HBS. Melalui proses pengadaan dan seleksi sejak 19 Oktober 2021 hingga 24 Februari lalu, Kemitraan Nusantara Jaya resmi sebagai pemegang proyek HBS pada Jumat (11/3/2022).

HBS akan difungsikan sebagai cadangan untuk mengantisipasi anomali saat menjelang peluncuran mapaun saat operasipnal satelit Satria-1 selama 15 tahun.

Selain itu HBS dengan kapasitas 80 Gbps dapat digunakan sebagai tambahan kapasitas satelit Satria-1 yang memiliki kapasitas sebesar 150 Gbps.

Nantinya HBS akan dibangun menggunakan teknologi buatan Boeing. Untuk mesin pendorong, HBS akan menggunakan Roket dari Spacex, dua perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper