Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) diminta berhati-hati terkait pembangunan proyek Satelit Republik Indonesia atau Satria-2 yang rencananya akan dilakukan lewat kerja sama dengan pemerintah Inggris dan Airbus melalui pembiayaan UK Export Financing.
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan sebagai salah satu perusahaan satelit terbesar di dunia, nama Airbus sudah tidak perlu diragukan lagi.
Terlebih, lanjut dia, Airbus merupakan penyedia citra satelit optik dan radar komersial terkemuka dan telah mengoperasikan konstelasi observasi bumi terbesar yang terdiri dari Pléiades Neo, Pléiades, SPOT, DMC Constellation dan satelit optik Vision-1 serta Radar Constellation (terdiri dari TerraSAR-X, TanDEM-X dan PAZ).
"Namun jika dilihat dari sisi yang lebih substantif, terkait Satria-2, rasanya pemerintah perlu lebih prudent/ berhati-hati karena palapa ring saja hingga saat ini masih under utilization. Info dari Bakti masih kurang dari 30 persen utilisasinya, dan data detailnya tidak terpublikasi dengan baik," kata Sigit, Senin (28/2/2022).
Bukan itu saja, dia juga menyoroti proyek Satria -1 yang memiliki cakupan area yang berhimpitan dengan palapa ring. Apalagi jika ditambah lagi dengan Satria-2, maka terdapat resiko yang sangat besar akan terjadinya over investment dan over capacity.
Menurut Sigit, di satu sisi Indonesia masih membutuhkan upaya-upaya yang inovatif dan agresif dari pemerintah untuk mendorong percepatan pemerataan broadband. Namun di sisi lain, tetap perlu disertai dengan kehati-hatian dan langkah-langkah yang bijak, sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang tidak dikehendaki di kemudian hari.
"Berhimpitan itu secara coverage ya, bukan secara orbit. Jadi menurut saya solusinya ya dengan perencanaan yang lebih cermat, sehingga lebih bisa diimplementasikan lebih efektif dan efisien," imbuhnya.
Adapun sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate akhir pekan lalu menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Asean dan Timor Leste H.E. Owen Jenkins untuk membahas kerja sama Satria-2 yang akan dibangun Airbus lewat pembiayaan UK Export Financing.
Menurut Johnny, Satria-2 telah masuk dalam Green Book Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sehingga skema yang dilakukan dimungkinkan melalui direct lending ke pemerintah Indonesia.
"Untuk itu, dokumen-dokumen pembiayaannya nanti akan dibicarakan antara UK Export Financing dengan Kementerian Keuangan karena hal ini untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Inggris,” ucap Johnny dalam siaran pers, Jumat (25/2/2022).
Sementara itu, Duta Besar Owen Jenkins mengapresiasi pertemuan dengan Menkominfo tersebut. Dia mengaku sangat menantikan kunjungan delegasi Indonesia ke Inggris dan menunjukkan lebih banyak mengenai teknologi dan penawaran keuangan yang dimiliki Inggris.
"Pemerintah Inggris dan perusahaan Airbus yang didukung melalui pembiayaan UK Export Financing dapat membantu Pemerintah Indonesia dalam menyiapkan kebutuhan akses internet. Melalui keuangan ekspor Inggris, kami dapat mendukung pekerjaan luar biasa yang dilakukan oleh Bapak Menteri Kominfo untuk menyediakan akses internet di seluruh kepulauan yang menakjubkan," tuturnya.