Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan proyek Satelit Indonesia Raya atau Satria-2 akan dilakukan lewat kerja sama dengan pemerintah Inggris dan Airbus lewat pembiayaan UK Export Financing.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai rencana kerja sama tersebut cukup menarik. Pasalnya kalau dilihat rekam jejaknya, Airbus Defence and Space sudah membangun banyak satelit.
"Di awal tahun ini saja sudah banyak pesanan juga. Menariknya, bisa satu paket antara satelit dan kendaraan transportasi satelit menuju orbit," ujarnya, Senin (28/2/2022).
Namun begitu, menurutnya setiap perusahaan yang mengembangkan satelit tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka dari itu, hal terpenting adalah satelit selesai tepat waktu, sukses diluncurkan sampai menuju orbit, dan tentunya handal karena akan dipakai dalam jangka panjang.
Faktanya, sambung Heru, banyak perusahaan besar terkendala memenuhi tenggat pembuatan satelit, terkendala kendaraan peluncur, ada yang roketnya meledak atau satelit gagal ke orbit. Bahkan ada pula yang di tengah jalan terkendala dan tidak bisa beroperasi dalam jangka lama.
Dengan begitu, Heru menyarankan kalau sudah ditunjuk siapa yang membangun Satria-1 dan Satria-2, yang mungkin perlu diperhatikan adalah manajemen resiko dan mitigasi bilamana ada kegagalan dalam proyek seperti pembuat satelit ter-delay, peluncuran juga tertunda atau bahkan gagal mencapai orbit.
"Sebab, proses dari pesan satelit sampai diluncurkan kan butuh waktu dua tahun lebih, sehingga kalau gagal kan pasti akan berdampak pada rencana layanan yang akan diberikan satelit-satelit tersebut," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate akhir pekan lalu menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Asean dan Timor Leste H.E. Owen Jenkins.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, Johnny dan Duta Besar Owen Jenkins membahas kerja sama Satria-2 yang akan dibangun Airbus lewat pembiayaan UK Export Financing.
Menurut Johnny, Satria-2 telah masuk dalam Green Book Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sehingga skema yang dilakukan dimungkinkan melalui direct lending ke pemerintah Indonesia.
"Untuk itu, dokumen-dokumen pembiayaannya nanti akan dibicarakan antara UK Export Financing dengan Kementerian Keuangan karena hal ini untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Inggris,” ucap Johnny dalam siaran pers, Jumat (25/2/2022).
Sementara itu, untuk progres pembangunan Proyek Satelit Multifungsi (SMF) Indonesia Raya 1 (Satria-1) hingga saat ini sudah mencapai 58,2 persen. Saat ini, satelit tersebut masih dalam proses pabrikasi di Cannes, Prancis yang dikerjakan oleh Thales Alenia Space dan diharapkan mulai beroperasi pada akhir 2023.