Perang Tarif Operator Seluler, Indosat Ooredoo Hutchison Ogah Ikutan

Rahmi Yati
Rabu, 9 Maret 2022 | 07:32 WIB
Pengunjung mencari informasi di salah satu gerai Indosat Ooredoo di Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Pengunjung mencari informasi di salah satu gerai Indosat Ooredoo di Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mengaku tidak ingin terlibat perang tarif layanan operator seluler.

Sebaliknya, manajemen berkomitmen untuk terus meningkatkan pengalaman digital telekomunikasi pelanggan lewat produk yang simpel, transparan, dan relevan.

SVP-Head Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang mengatakan hal tersebut dilakukan seiring dengan upaya pemerintah yang dianggap telah aktif mendukung terciptanya industri telekomunikasi yang sehat sambil mengakselerasi transformasi digital di Tanah Air.

"IOH juga memiliki tujuan yang lebih luas yaitu memberikan pengalaman kelas dunia, menghubungkan, dan memberdayakan masyarakat Indonesia dengan mempercepat transformasi digital Indonesia" ujarnya, Selasa (8/3/2022).

Steve menyebut manajemen terus fokus pada peningkatan jangkauan dan kapasitas jaringan untuk mendukung gaya hidup digital pelanggan. Ke depannya, IOH akan terus melakukan hal tersebut seiring dengan adanya skala, kekuatan finansial, dan spektrum gabungan yang segera diintegrasikan.

"Kami akan terus berfokus pada kualitas dan tidak ingin terlibat dalam perang harga, seandainya pun ada," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward mengatakan pemerintah tetap harus terlibat dalam menyediakan formula dan melakukan pengujian, menjaga, ataupun mengendalikan kualitas layanan yang dijanjikan operator.

Menurutnya, bila penawaran tarif murah oleh operator dilakukan terlalu lama, pastinya akan berakhir dengan merugikan masyarakat karena infrastruktur yang tidak merata dan operator juga merugi.

"Selain itu, perjanjian tingkat layanan atau Service Level Agreement [SLA] tidak bisa meningkat, pun dengan adopsi teknologi terbaru," kata Ian.

Dia mengakui bahwa saat ini operator seluler telah berupaya menaikkan tarif dengan tetap memperhitungan Capital Expenditure (Capex) dan Operating Expenditure (Opex). Dengan begitu, diharapkan secara bisnis sudah layak dan dapat diterima masyarakat.

Ian juga menilai upaya jor-joran harga yang dilakukan operator memang salah satu daya tarik untuk pelanggan baik pelanggan lama maupun calon pelanggan baru.

Hal ini, sambungnya, juga diprediksi berlangsung sementara hingga suatu ketika akan ada keseimbangan harga yang secara bisnis menjamin keberlangsungan usaha dan user experience/tingkat layanan yang baik.

"Namun saat ini diperlukan formula yang menjamin kesehatan operator yang berkeadilan. Meski begitu, tidak perlu juga adanya regulasi khusus, cukup yang sudah ada. Untuk harga, memang cukup dengan formula yang berisikan harga layanan yang adil dan kualitas terjaga," imbuhnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper