Bisnis.com, JAKARTA - Harga terlalu murah yang diberikan operator seluler dalam jangka waktu panjang berisiko membuat kualitas layanan menurun. Alhasil, masyarakat akan dirugikan karena infrastruktur yang tidak merata.
Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward mengatakan pemerintah tetap harus terlibat dalam menyediakan formula dan melakukan pengujian, menjaga, ataupun mengendalikan kualitas layanan yang dijanjikan operator.
"Bila penawaran tarif murah ini dilakukan terlalu lama, pastinya akan berakhir dengan merugikan masyarakat karena infrastruktur yang tidak merata dan operator yang merugi. Selain itu, perjanjian tingkat layanan atau Service Level Agreement [SLA] tidak bisa meningkat, pun dengan adopsi teknologi terbaru," ujarnya, Selasa (8/3/2022).
Ian mengakui bahwa saat ini operator seluler telah berupaya menaikkan tarif dengan tetap memperhitungan Capital Expenditure (Capex) dan Operating Expenditure (Opex). Dengan begitu, diharapkan secara bisnis sudah layak dan dapat diterima masyarakat.
Sementara itu, menurutnya, untuk jor-joran harga ini, memang salah satu daya tarik untuk pelanggan baik pelanggan lama maupun calon pelanggan baru. Hal ini juga diprediksi berlangsung sementara hingga suatu ketika akan ada keseimbangan harga yang secara bisnis menjamin keberlangsungan usaha dan user experience/tingkat layanan yang baik.
"Namun saat ini diperlukan formula yang menjamin kesehatan operator yang berkeadilan. Meski begitu, tidak perlu juga adanya regulasi khusus, cukup yang sudah ada. Untuk harga, memang cukup dengan formula yang berisikan harga layanan yang adil dan kualitas terjaga," imbuhnya.
Sementara itu sebagai salah satu operator seluler nasional, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) memastikan tetap menjaga kualitas layanan dengan memberikan harga yang terjangkau, manajemen menyediakan beragam pilihan paket layanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Group Head Corporate Communications XL Axiata Tri Wahyuningsih mengatakan fokus manajemen adalah menghadirkan pengalaman pelanggan yang lebih baik salah satunya dengan tetap meningkatkan kecepatan internet atau layanan data yang disediakan.
"Yang jelas kami akan fokus pada upaya bagaimana XL Axiata dapat memberikan better experience bagi pelanggan data. Bahkan kami telah membelanjakan capex yang lebih besar di 2021 untuk meningkatkan kualitas jaringan serta meningkatkan digitalisasi guna menghadirkan customer experience yang terbaik," tutur Ayu.
Dia menambahkan, dari sisi pendapatan pada 2021, XL Axiata berhasil meningkatkan performa perusahaan dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp26,8 triliun, meningkat 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY) dan laba bersih sebesar Rp1,3 triliun.