Bisnis.com, JAKARTA – Segala strategi yang dilakukan oleh para perusahaan rintisan penyedia jasa perjalanan dinilai tidak akan berdampak banyak pada penambahan jumlah transaksi jika penularan Covid-19 terus meningkat.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menyebut 2022 masih akan menjadi periode berat untuk startup Online Travel Agent (OTA).
"Menurut saya, jika lihat penangan pandemi di 2020 dan 2021, maka kemungkinan besar Omicron baru akan terkendali pada April nanti. Awal tahun yang berat bagi OTA," ujarnya, Minggu, (6/2/2022).
Namun, di sisi lain, menurut Dianta hal itu berarti kemungkinan pada saat libur lebaran Mei 2022 Omicron sudah mereka. Momentum tersebut dapat dimanfaatkan oleh OTA untuk menggenjot transaksi di tahun ini.
Dianta menambahkan diskon dan promo tetap akan menjadi dorongan untuk para konsumen agar mengakses layanan OTA.
"Kalau para OTA mengandalkan event besar, misalnya gelaran Moto GP, jumlah masih terlalu sedikit untuk mendukung dan mendorong transaksi OTA," ujarnya.
Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut nasib OTA tergantung kondisi dan penanganan pandemi.
"Untuk saat ini jika pandemi melonjak terus pasti akan tambah turun peforma dan transaksi OTA," ujarnya.
Menurut Huda, bahkan bantuan pemerintah dan promo atau diskon yang disediakan oleh para OTA tidak akan banyak membantu jika pandemi terus berlangsung dan angka penularan meningkat.
Ia menilai keberadaan event seperti GP Mandalika tidak akan berpengaruh besar terhadap minat wisatawan. Pasalnya sistem batasan peserta event akan menjadi halangan bagi OTA untuk memanfaatkan momentum.