Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi mendorong pemerataan akses internet sebagai salah satu cara e-commerce menembus pasar perdesaan.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menyebut sebagian wilayah perdesaan bisa dikatakan sudah akrab dengan layanan e-commerce, tetapi masih menghadapi tantangan karena keterbatasan infrastruktur dan akses internet.
"Selain pemerataan akses internet, kepemilikan perangkat smartphone yang memadai juga diperlukan, serta jangkauan layanan logistik hingga ke pelosok dengan biaya ongkir yang terjangkau," ujarnya, Senin (10/1/2022).
Menurut Bima, dalam data Harbolnas 2021, meski tidak spesifik memperlihatkan sumbangan dari pedesaan, tetapi wilayah luar Jawa mengalami kenaikan hingga 42 persen dibandingkan 2020. Hal itu berbanding lurus dengan kepemilikan perangkat ponsel pintar dan akses internet.
Bima mengatakan tingkat akses e-commerce di perdesaan juga dipengaruhi oleh ketimpangan akses internet. Mengacu pada laporan Bank Dunia masih terjadi ketimpangan akses internet di Indonesia. Sebagai contoh hingga 2021, masyarakat Papua baru sekitar 1/3 yang memiliki akses internet.
"Bandingkan dengan situasi di Jawa yang sudah mencapai 55 persen. Hal-hal ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah meski melakui Proyek Palapa Ring yang tuntas pada 2019, pemerintah telah berhasil menghubungkan 514 kota atau kabupaten pada sambungan tulang punggung nasional," ujarnya.
Selain itu, Bima mengatakan untuk mencapai penetrasi pasar perdesaan yang lebih baik, diperlukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Masyarakat perdesaan dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) harus terlibat sebagai pelaku usaha dalam memasarkan produknya dan juga berperan sebagai konsumen.
Menurutnya, komunitas dan badan usaha di desa juga harus didorong untuk melek teknologi. Langkah itu dilakukan agar masyarakat desa dapat menikmati kemudahan layanan e-commerce.
Dengan demikian, dia melanjutkan ekosistem e-commerce tidak hanya mendorong pertumbuhan penjual, pembeli, dan varian produk, tetapi juga ekosistem di dalamnya seperti tekfin serta logistik.
"Kita juga dapat libatkan akademisi, yayasan/organisasi/komunitas, pelaku industri bergandengan tangan dengan pemerintah dalam menyediakan pelatihan dan pendampingan kepada para penghasil produk. Dengan itu produk perdesaan dapat bersaing," katanya.