Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan teknologi telekomunikasi, ZTE Indonesia, menyampaikan ekosistem layanan internet Time Division Duplex (TDD) di pita 1,4 GHz belum matang.
Indonesia menjadi salah satu negara, dari sedikit negara, yang menggunakan pita 1,4 GHz TDD untuk internet.
Prinsipal Telecom Architect and Business Consultant of ZTE Indonesia, Iman Hirawadi, mengatakan ekosistem TDD di Indonesia masih belum terbentuk.
“TDD ini ekosistemnya masih belum terbentuk, baru akan dimulai di Indonesia,” kata Iman dalam sesi diskusi Digital Transformation Summit 2025 di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
TDD merupakan salah satu mode duplex dalam sistem komunikasi, selain Frequency Division Duplex (FDD).
Jika FDD bekerja dengan memisahkan jalur uplink (data dari pengguna ke jaringan) dan downlink (data dari jaringan ke pengguna) menggunakan dua frekuensi berbeda. TDD sebaliknya.
TDD menggunakan frekuensi yang sama untuk uplink dan downlink, tetapi dipisahkan berdasarkan waktu.
Data uplink dan downlink dikirim secara bergantian dalam interval yang sangat singkat, sehingga perbedaannya tidak terasa bagi pengguna.
Tantangan TDD adalah sensitivitas terhadap keterlambatan (delay), sehingga jangkauan satu stasiun tidak bisa terlalu luas.
Dari sisi pasar, berdasarkan informasi yang beredar, FDD jauh lebih dominan. Lebih dari 200 operator di dunia menggunakan FDD, sedangkan operator yang mengadopsi TDD jumlahnya kurang dari 20.
Pasar biasanya menunjukkan teknologi mana yang lebih unggul. Umumnya, FDD dianggap lebih baik karena perangkat berbasis FDD lebih murah dibandingkan perangkat TDD dengan spesifikasi yang sama.
Iman menjelaskan ekosistem untuk supplementary downlink sudah banyak digunakan di Eropa dan mulai diimplementasikan di Asia Tenggara. Sementara itu, frekuensi 1,4 GHz yang akan dilelang di Indonesia nantinya akan mengadopsi model TDD.
Iman menegaskan ekosistem TDD di Indonesia memang baru akan dibangun, dan dari sisi vendor, pihaknya siap menyediakan jika ada permintaan dari operator. Dia juga melihat dari sisi teknologi tidak ada kendala berarti.
“Jadi secara teknologi sih no issue ya, kami akan support selama customer kami require produk 1,4 GHz berbasis TDD,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Komdigi, Ismail, mengatakan Pemerintah akan mengoptimalkan spektrum 1,4 GHz untuk mendukung layanan Broadband Wireless Access (BWA) yang akan digunakan kali ini sepenuhnya dirancang untuk layanan tetap (fixed), bukan untuk penggunaan bergerak (mobile) seperti yang sempat dicoba pada penerapan sebelumnya.
Menurutnya, sistem ini sejak awal memang dibatasi secara teknis agar hanya bisa digunakan di lokasi tetap, tanpa dukungan nomor pelanggan maupun kemampuan handover seperti pada jaringan seluler.
Dia juga menekankan program ini tidak ditujukan untuk area blank spot yang benar-benar tanpa akses, melainkan wilayah padat penduduk yang sulit dijangkau jaringan fiber karena kendala geografis atau teknis.