Internet Murah 100 Mbps Bukan Hal Mustahil, Telkomsel: Selama Didukung Ekosistem

Pernita Hestin Untari
Selasa, 26 Agustus 2025 | 15:44 WIB
Warga melintasi iklan Telkomsel di Jakarta, Minggu (31/3/2024). Perusahaan operator seluler anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga melintasi iklan Telkomsel di Jakarta, Minggu (31/3/2024). Perusahaan operator seluler anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA —  PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menilai wacana internet murah seharga Rp100.000 dengan kecepatan 100 Mbps di pita 1,4 GHz bukanlah hal yang mustahil jika didukung dengan ekosistem yang kuat.

Perusahaan menjadi salah satu dari tujuh perusahaan telekomunikasi yang telah mengambil akun sistem lelang elektronik (e-auction), yang merupakan syarat awal untuk ikut serta dalam seleksi pita frekuensi tersebut.

VP Corporate Strategy, Innovation, Sustainability & Marketing Telkomsel, Jockie Heruseon, mengatakan Telkomsel terbuka dengan peluang penggelaran internet murah 100 Mbps yang terdapat di pita 1,4 GHz.

Menurutnya internet cepat 100 Mbps seharga Rp100.000 dapat terjadi selama infrastruktur pendukung dan ekosistem yang ada telah tersedia.

“Jadi selama ekosistemnya dan infrastrukturnya memang memungkinkan, ya kenapa tidak,” kata Jockie dalam sesi diskusi Digital Transformation Summit 2025 di Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Menurut Jockie, kehadiran layanan dengan kecepatan 100 Mbps sebagai baseline di seluruh Indonesia justru akan menjadi capaian positif bagi industri telekomunikasi nasional. 

Dia menekankan pentingnya peningkatan kualitas agar Indonesia tidak tertinggal dibandingkan negara lain dalam hal kecepatan internet.

“Kita [Indonesia] pengen tetap lebih unggul, termasuk masalah beban harga per giganya gitu ya,” katanya.

Kendati demikian, Jockie menekankan Telkomsel masih melakukan kajian komprehensif terkait peluang internet murah 100 Mbps. Kajian tersebut mencakup aspek infrastruktur, ekosistem, hingga perhitungan bisnis.

“Jadi buat kami ini masih dalam kajian sebenarnya, selama infrastruktur, ekosistemnya, semuanya mendukung, itung-itungannya mendukung, bukan sesuatu yang tidak mungkin. Kita akan selalu ikut regulasi,” ungkapnya.

Di sisi lain, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai layanan internet murah seharga Rp100.000 dengan kecepatan 100 Mbps dimungkinkan. 

Terlebih, Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan, harga maupun kualitas layanan internet sepenuhnya bergantung pada mekanisme pasar.

Arif menambahkan, APJII maupun Komdigi tidak menetapkan batas atas maupun bawah harga internet. Namun, di tengah wacana internet murah, dia menekankan masih ada pekerjaan rumah penting agar industri tetap berkelanjutan.

Salah satunya, APJII mendorong adanya moratorium izin bagi penyedia jasa internet (ISP) untuk merapikan tata kelola industri.

Petugas memperbaiki alat pemancar internet
Petugas memperbaiki alat pemancar internet

Dari sisi penyedia infrastruktur, Principal Telecom Architect and Business Consultant ZTE Indonesia, Iman Hirawadi, menyoroti aspek teknis rencana lelang pita frekuensi 1,4 GHz. Dia menjelaskan Indonesia akan mengimplementasikan Time Division Duplex (TDD) pada pita tersebut, meskipun ekosistem teknologinya masih dalam tahap awal.

“Nah jadi yang akan dilelang itu modelnya TDD, intinya ekosistemnya baru akan dibangun di Indonesia. Kalau dari sisi vendor sih, kalau ada yang beli kita buat gitu kan,” kata Iman.

Menurutnya, secara teknologi tidak ada kendala berarti dalam penerapan frekuensi tersebut. “Jadi secara teknologi sih no issue ya, kita akan support selama customer kita require produk 1,4 GHz berbasis TDD,” katanya. 

Sebelumnya, Komdigi resmi membuka lelang frekuensi 1,4 GHz melalui pengumuman Nomor: 1/SP/TIMSEL1,4/KOMDIGI/2025 tentang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk layanan BWA Tahun 2025 pada 28 Juli 2025.

Dalam pengumuman tersebut, pemerintah menetapkan akan melelang pita frekuensi radio pada rentang 1432–1512 MHz untuk layanan Time Division Duplexing (TDD) di sejumlah wilayah Indonesia.

Pada 14 Agustus 2025, Komdigi melalui Tim Seleksi mengumumkan tujuh perusahaan yang telah mengambil akun e-auction sebagai syarat kepesertaan seleksi. Ketujuh perusahaan tersebut adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., PT XLSMART Telecom Sejahtera, PT Indosat Tbk., PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Netciti Persada, PT Telekomunikasi Selular, dan PT Eka Mas Republik.

Pengambilan akun e-auction dilakukan pada 11–13 Agustus 2025 di Sekretariat Tim Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz, Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat. Adapun pengambilan dokumen seleksi dilakukan secara daring mulai 11 Agustus 2025 pukul 09.00 WIB hingga 20 Agustus 2025 pukul 15.00 WIB.

Komdigi menegaskan seleksi ini bertujuan menentukan pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz di seluruh regional sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital Nomor 13 Tahun 2025 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz. Selain itu, seleksi ini juga ditujukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi bagi layanan akses nirkabel pitalebar.

Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan jangkauan akses internet berbasis jaringan pitalebar tetap (fixed broadband), menyediakan layanan dengan harga terjangkau sesuai rata-rata konsumsi rumah tangga telekomunikasi di wilayah perdesaan, meningkatkan kecepatan unduh, serta memperluas penggelaran jaringan fiber optik.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami