Penyedia Internet Tetap Ogah Masuk ke Apartemen, Ini Penyebabnya

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 1 Desember 2021 | 15:33 WIB
Kendaraan bermotor melintas di depan gedung apartemen di Jakarta, Jumat (29/5/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Kendaraan bermotor melintas di depan gedung apartemen di Jakarta, Jumat (29/5/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai berbagi pendapatan antara penyedia layanan internet tetap (fixed broadband) dengan pengelola apartemen menjadi salah satu hambatan dalam mendorong penetrasi internet tetap ke bangunan bertingkat tersebut.

Para pengelola apartemen disebut menetapkan tarif berbagi pendapatan yang tinggi, yang membuat pemain internet tetap enggan memberi layanan.

Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) Galumbang Menak mengatakan secara ongkos, penggelaran jaringan ke apartemen cenderung lebih murah. Artinya operator tidak perlu membayar retribusi terlalu mahal, karena jaringan digelar secara vertikal, bukan horizontal.

Hanya saja, lanjutnya, yang membebani perusahaan internet tetap dalam memberikan layanan ke apartemen adalah skema pembagian keuntungan dengan pemilik apartemen yang dinilai terlalu tinggi.

“Kesepakatan dengan pemilik apartemen soal berbagi keuntungan [share revenue] tinggi, ada yang sampai 25 persen dari pendapatan di sana,” kata Galumbang kepada Bisnis.com, Selasa (30/11/2021).

Moratelindo yang memiliki layanan internet tetap Oxygen.id, kata Galumbang, paling besar nilai berbagi pendapatan dengan pemilik bangunan sekitar 5 persen dari pendapatan.

Galumbang berpendapat nilai 5 persen adalah nilai ideal, mengingat pemilik bangunan apartemen juga membutuhkan akses internet untuk meningkatkan value dari apartemen tersebut.

Dia menceritakan kondisi di Indonesia berbeda dengan di luar negeri. Semua bangunan di luar negeri harus memberikan akses terbuka (open access) untuk infrastruktur telekomunikasi.

Infrastruktur telekomunikasi dianggap sebagai hal yang esensial, seperti listrik dan air. Kalau pun pemilik bangunan menarik tarif, ongkosnya tidak terlalu besar.

“Di Singapura, dan negara-negara besar Eropa tidak terlihat banyak menara, karena di sana penyediaan infrastruktur telekomunikasi menjadi salah satu satu syarat Izin Mendirikan Bangunan [IMB]” kata Galumbang.

Galumbang mengatakan pasar untuk apartemen hakitkanya potensial, sehingga butuh penataan yang lebih baik ke depan agar pasar potensial dapat dimaksimalkan.

Tidak hanya pembagian keuntungan, masalah lain dalam menggelar jaringan di apartemen adalah perihal perawatan jaringan, khususnya saat pandemi Covid-19.

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif Angga mengatakan beberapa apartemen menetapkan standar ketat dalam instalasi jaringan di apartemen saat Covid-19. Hal itu membuat pemain internet kesulitan dalam menggelar dan merawat jaringan di kawasan apartemen.

“Misalnya dahulu ada pemasangan layanan di apartemen, saat pandemi kami tidak diizikan oleh pengelola apartemen. Kami menjadi sulit menjangkau pelanggan baru,” kata Arif.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper