Layanan Internet Tetap Indonesia Sering Lemot, Operator Perlu Lakukan Ini

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 26 November 2021 | 16:06 WIB
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Keandalan layanan internet tetap (fixed broadband) Indonesia dinilai masih rendah. Para pemain di sektor ini dituntut untuk memperbaiki layanan guna menjaga kenyamanan para pelanggan.

Masyarakat saat ini lebih sensitif terhadap kualitas layanan, seiring dengan tingginya ketergantungan mereka terhadap internet.

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan internet saat ini telah menjadi kebutuhan dan gaya hidup. Masyarakat menuntut layanan yang lebih baik dan andal, mengingat banyak aktivitas yang saat bergantung pada kestabilan internet.

“Jangan sering mati atau gangguan, kadang-kadang lambat pada jam tertentu atau pada saat konferensi video bandwidth kurang,” kata Ian, Jumat (26/11/2021).

Ian mengatakan pembangunan infrastruktur berikut dengan teknologi content data network (CDN) ataupun sistem komputasi awan, harus dibangun dengan memperhatikan faktor keandalan.

Merujuk laporan Speedtest oleh Ookla, pada kuartal III/2021 rata-rata kecepatan unduh layanan fixed broadband Indonesia mencapai 27,3 Mbps dan kecepatan unggah mencapai 16,3 Mbps, dengan latensi 17 milidetik. Banyak faktor yang mempengaruhi perhitungan tersebut salah satunya adalah kestabilan internet.

Pencapaian rata-rata unduh dan unggah itu membuat Indonesia hanya menempati urutan ke 112 secara global untuk urusan kecepatan internet. Indonesia kalah dari Laos, Brunei, India, Thailand, dan Singapura.

Senada Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan menjaga kualitas agar tetap stabil adalah tantangan bagi para pemain internet tetap.

Di sisi lain, mereka juga harus memberikan harga layanan yang terjangkau, jika tidak pelanggan akan pindah ke penyedia internet tetap lainnya.

“Kalaupun pandemi mereda pada tahun depan proses transformasi digital yang masih berlangsung tentu memiliki kebutuhan akan internet yang juga makin tinggi,” kata Heru.

Heru juga melihat ke depan lonjakan akan terus terjadi apalagi jika wilayah tertinggal, terdepan dan terluar menjadi terbuka, maka akses internet akan makin melonjak.

“Ini harus diantisipasi agar penggunaan internet kita didorong untuk hal produktif, kreatif, edukatif dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat,” kata Heru.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper