Bisnis.com, JAKARTA - Startup coworking space yang mengalami penurunan peminat saat pandemi dinilai akan sulit pulih seperti semula, sehingga diperlukan perubahan strategi dan terobosan baru.
Peneliti ekonoli digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut pandemi banyak berdampak pada bisnis startup di sektor coworking space.
"Pandemi membuat orang banyak tidak ke kantor lagi. Akhirnya permintaan coworking space menurun drastis," ujarnya, Senin (8/11/2021).
Dia menyebut data dari Google, Temasek, dan Bain menunjukkan adanya penurunan pergerakan orang ke kantor hingga lebih dari 50 persen lebih saat pandemi. Terlebih di masa-masa awal penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Menurutnya, mayoritas pekerja kantoran di Indonesia bekerja dari rumah. Hanya sektor esensial yang diperbolehkan bekerja dari kantor, sedangkan mayoritas sektor tersebut memiliki kantor sehingga tidak membutuhkan layanan coworking space.
Huda mengatakan ke depan setelah pandemi usai, bisnis coworking space diperkirakan tidak akan pulih kembali ke titik awal sebelum pandemi. Permintaan diprediksi akan berkurang karena kebiasaan kerja dari rumah, atau dari berbagai tempat.
"Mereka tidak lagi memerlukan ruang rapat atau meja kerja di kantor. Orang biasa kerja di kafe atau bahkan pinggir pantai sekarang, sekalian liburan," ucapnya.
Namun, lanjutnya, bisnis coworking space dapat dikembangkan menjadi penyedia alamat untuk berbagai perusahaan. Hal itu terkait keberadaan perusahaan di Indonesia masih harus berada di kawasan perkantoran.
Nantinya, kata Huda, coworking space harus bisa menjadi virtual office yang mengurus berbagai administrasi perkantoran. Adapun, coworking space juga dapat dikombinasikan dengan staycation, sehingga pengguna dapat merasakan sensasi layanan hotel dan liburan dengan fasilitas yang mendukung pekerjaan.