Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi yang melesat dan jumlah pemain yang sedikit diyakini menjadi daya tarik Vietnam bagi perusahaan teknologi dalam negeri.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan di Asia Tenggara, Vietnam merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Pada kuartal I/2021, ekonomi Vietnam tumbuh 4,4 persen secara tahunan dan merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Sementara itu pada kuartal II/2021, Vietnam mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6 persen.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat itu, jumlah perusahaan rintisan di Vietnam juga tidak sebanyak jumlah perusahaan rintisan di Indonesia.
“Vietnam memiliki pangsa pasar top 5 di Asia Tenggara dan pemain startup belum sepadat Indonesia, Singapura dan Malaysia,” kata Dianta, Senin (30/8/2021).
Pertumbuhan ekonomi digital Vietnam juga diproyeksikan cemerlang pada 2025. Google, Temasek dan Bain&Company dalam laporannya memprediksi pada 2020, Vietnam memiliki ekonomi digital sebesar US$14 miliar, dan meningkat 19 persen menjadi US$52 miliar pada 2025.
Sektor dagang el dan transportasi serta makanan, diprediksi menorehkan pertumbuhan paling tinggi hingga 34 persen pada 2025, dibandingkan dengan 2020.
Di samping itu, kata Dianta, masyarakat Vietnam juga dalam tahap mencoba hal baru. Ini menjadi peluang bagi perusahaan teknologi seperti Kredivo, untuk masuk ke negara yang memiliki julukan Tanah Naga Biru.
Adapun mengenai tantangan yang yang bakal dihadapi, kata Dianta, regulasi-regulasi yang terdapat di negara tujuan adalah tantangan terbesar. Tantangan selanjutnya, perusahaan kompetitor yang sudah hadir lebih dahulu di negara tujuan.
“Maka kekuatan modal dan mitra lokal menjadi penting agar bisa berkembang di negara tujuan,” kata Dianta.
Sebelumnya, Kredivo mengumumkan rencana ekspansi bisnis ke Vietnam melalui joint venture dengan Phoenix Holding, yang merupakan pionir perusahaan investasi keluarga yang berbasis di Vietnam dengan portofolio terdiversifikasi di sektor konsumen, layanan keuangan, ritel, dan teknologi.
Chief Operating Officer Kredivo Valery Crottaz mengatakan Vietnam dipilih karena penetrasi kartu kredit yang rendah di negara tersebut dan kelas menengah yang berkembang pesat, pasar e-commerce yang berkembang pesat, dan kesamaan pola demografi dan konsumsi dengan Indonesia.
Dia mengatakan data terakhir menunjukkan Vietnam merupakan salah satu negara dengan penetrasi kartu kredit terendah di Asia Tenggara selain Indonesia dan Filipina, dengan hanya 4,1 persen dari populasi yang memiliki kartu kredit.
Selain itu, kesenjangan kredit dan kurangnya pengetahuan tentang pembayaran digital menjadi tantangan tersendiri di negara tersebut dan mengakibatkan mayoritas transaksi masih dilakukan secara tunai.