Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia diramal berpotensi menjadi pasar yang besar bagi penyedia layanan komputasi awan (cloud). Pangsa pasar perusahaan rintisan (startup) diyakini sebagai pemicunya.
Ketua Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia (ACHI) Rendy Maulana Akbar mengatakan penggunaan komputasi awan makin terdorong lantaran iklim Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah perusahaan rintisan terbanyak di Asia Tenggara.
Belum lagi, keberadaan startup unikorn yang berada di Indonesia tersebut karena di Indonesia banyak sekali masalah sosial sehari-hari yang memerlukan sebuah penanganan khusus yang ditawarkan oleh para perusahaan startup bervaluasi di atas US$1 miliar itu.
Sekadar informasi, menurut catatan Startup Ranking, jumlah startup di Indonesia mencapai 2.219 perusahaan pada 2021. Adapun, berdasarkan laporan CB Insights, terdapat tujuh perusahaan rintisan yang telah menyandang gelar unikorn di Indonesia, yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, J&T Express, Traveloka, OVO, dan OnlinePajak.
“Sekarang startup dan unikorn sudah banyak yang menggunakan cloud, saya perkirakan hampir semua unikorn di Indonesia menggunakan Cloud,” katanya, Selasa (24/8/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan peran komputasi awan bagi rintisan diantaranya memberikan layanan jasa yang sering digunakan sehari-hari, atau membantu menjual barang harian dengan kebutuhan besar sehingga diyakini menjadi katalis penggunaan awan di Indonesia.
Meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi bagi perusahaan teknologi kepraktisan pengembang dan skalabilitas menjadi hal utama untuk mengadopsi teknologi awan.
Bahkan, penggunaan awan dinilai membantu kebutuhan meringankan beban neraca, yaitu mengurangi CAPEX (capital expenditure/modal) menjadi OPEX (operational expenditure).
Alhasil, Rendy optimis kebutuhan akan awan masih akan terus tumbuh. Bahkan, mulai bermunculan perusahaan asing yang membangun dan berinvestasi untuk membangun pangkalan data menjadi landasan prospek pasar awan di Indonesia makin cerah ke depan.
“Belum lagi dukungan dari pemerintah yang mulai membangun subduct utility agar tidak semrawut kabelnya,” katanya.
Selain itu, Rendy melihat kebutuhan biaya adopsi awan akan makin murah karena skala permintaan kebutuhan yang makin tinggi, dan penyedia awan lokal bisa bersaing dengan penyedia asing.
“Selama ini rata-rata pertumbuhan pasar komputasi awan dalam 10 tahun terakhir sebesar 30 persen per tahun. Namun, dengan penetrasi startup dan unikorn yang kian optimal ke depan bisa lebih dari 30 persen,” ujar Rendy.