Bisnis.com, JAKARTA - Meski memiliki valuasi di atas US$100 juta, perusahaan rintisan (startup) calon unikorn masih terbuka peluang untuk gagal.
Keahlian modal ventura BUMN untuk menentukan pilihan yang tepat diuji di sini, mengingat mereka dituntut untuk mendapat keuntungan finansial atau sinergi bermanfaat dengan grup.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan salah satu tantangan bagi modal ventura BUMN dalam berinvestasi ke perusahaan rintisan calon unikorn adalah menghadapi risiko kegagalan.
Persaingan di ekosistem startup calon unikorn ketat, sehingga tingkat kegagalannya pun tinggi.
Jika ada produk yang menarik, cepat diduplikasi dan diperbaiki kekurangan produk sebelumnya oleh kompetitor. Secara operasional, praktik bakar duit untuk dongkrak valuasi juga masih terjadi menurutnya.
“Stabil operasionalnya tetapi belum untung. Banyak unikorn pun masih bakar uang terus dan merugi,” kata Dianta, Selasa (24/8/2021).
Meski demikian, kata Dianta, peluang untuk keduanya tumbuh bersama juga besar. Keduanya saling membutuhkan.
Dari sisi investor, ujar Dianta, selain mengharapkan keuntungan dari valuasi perusahaan rintisan, juga menambah portofolio investornya.
Dari sisi perspektif perusahaan rintisan calon unikorn, mendapatkan suntikan dana dari modal ventura besar akan meningkatkan nilai kepercayaan mereka lebih tinggi.
Dianta berpandangan dengan makin banyaknya unikorn di Tanah Air, berdampak positif bagi ekosistem perusahaan rintisan. Ekosistem akan memiliki banyak kisah (success story) yang menginspirasi anak bangsa yang lain untuk mengejar mimpi menjadi entrepreuner yang andal dan berdaya saing.
“Dengan adanya unikorn akan memberikan rasa percaya diri dan motivasi lebih kepada pihak lain,” kata Dianta.