Bisnis.com, JAKARTA - Satelit Multifungsi Satria membutuhkan satelit pendamping untuk menjaga keandalan layanan internet.
Kondisi luar angkasa yang sulit ditebak berisiko membuat high throughput satellites (HTS) itu rusak dan berakibat pada putusnya internet di 150.000 titik yang menjadi target Satria.
Direktur Utama PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Adi Rahman Adiwoso mengatakan Indonesia membutuhkan tambahan satelit untuk memberikan layanan yang lebih andal dan berkelanjutan. Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan satu satelit Satria.
Jika terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap Satria karena kondisi luar angkasa yang sulit diprediksi - terkena benda luar angkasa, rusak karena suhu terlalu panas dan lain sebagainya-, 150.000 titik yang telah menerima layanan Satria berisiko terputus dan menjadi blankspot.
Seyogianya, kata Adi, pemerintah memiliki manajemen risiko mengenai ini. Untuk diketahui SNT adalah perusahaan konsorsium yang menggarap proyek Satelit Satria.
“Jika terjadi apa-apa dengan itu [Satria], 150.000 titik akan blankspot semua. Pak Menteri bilang harus dipikirkan [satelit] stand by-nya ,” kata Adi kepada Bisnis.com, Rabu (18/8/2021).
Adi mengatakan salah satu negara yang pertama kali membuat satelit untuk pemerintah adalah Australia.
Negara dengan julukan Negara Kangguru itu, meluncurkan dua satelit sekaligus untuk mendukung sejumlah aktivitas yang berkaitan dengan pemerintahan. Masing-masing satelit memiliki kapasitas yang sama yaitu 60Gbps. Indonesia dapat meniru Australia.
Adi menuturkan Indonesia juga sulit jika harus mengandalkan satelit yang ada saat ini di angkasa, sebagai satelit cadangan Satria.
Kapasitas satelit Satria terlalu besar yaitu 150Gbps, sedangkan kapasitas satelit nasional, jika digabung seluruhnya hanya sekitar 29Gbps. Satelit Nusantara I - dengan kapasitas 13Gbps - milik PSN, seluruhnya kapasitasnya juga sudah terpakai.
Meski demikian, Adi tidak memungkiri untuk menambah satelit membutuhkan dana yang besar, yang juga perlu diperhitungkan dengan matang.
Sekadar informasi, Satria sendiri rencananya akan menyuntikan internet ke 3.700 fasilitas kesehatan; 93.900 sekolah dan pesantren; 47.900 kantor desa dan kelurahan; dan 4.500 titik layanan publik lainnya.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) memprediksi secara total terdapat 26,52 juta calon penerima internet dari Satria. Dengan total permintaan tersebut, diperkirakan rata-rata per pengguna akan mendapat kuota sebesar 1,14GB setiap bulan.