Peneliti: Cuaca Tak Terkendali, Dunia telah Sampai di Titik Kritis Iklim

John Andhi Oktaveri
Kamis, 29 Juli 2021 | 11:27 WIB
Foto udara permukiman warga yang dikelilingi hutan mangrove (bakau) di Desa Bedono, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Rabu (24/4/2019)./Antara/Aji Styawan
Foto udara permukiman warga yang dikelilingi hutan mangrove (bakau) di Desa Bedono, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Rabu (24/4/2019)./Antara/Aji Styawan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ribuan ilmuwan kembali menyerukan tindakan cepat untuk mengatasi keadaan darurat iklim dengan memperingatkan bahwa beberapa titik kritis sekarang sudah dekat.

Para peneliti, yang merupakan bagian dari 14.000 ilmuwan yang menandatangani inisiatif pernyataan darurat iklim di seluruh dunia, menyampaikan kekhawatiran itu dalam sebuah artikel di jurnal BioScience yang terbit pada Rabu (28/7/2021).

Mereka menyatakan, bahwa pemerintah secara konsisten gagal mengatasi eksploitasi berlebihan terhadap Bumi yang mereka gambarkan sebagai akar penyebab krisis.

Sejak penilaian serupa pada 2019, mereka mencatat “lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya” dalam bencana terkait iklim, termasuk banjir di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, gelombang panas yang memecahkan rekor dan kebakaran hutan di Australia dan AS selain topan yang menghancurkan di Afrika dan Asia Selatan.

Untuk penelitian tersebut, para ilmuwan mengandalkan "tanda-tanda vital" untuk mengukur kesehatan planet ini, termasuk deforestasi, emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser dan luasan es laut sertadeforestasi.

Dari 31 tanda, mereka menemukan, bahwa 18 mencapai rekor tertinggi atau terendah.

Mereka mencontohkan, meskipun ada penurunan polusi yang terkait dengan pandemi Covid-19, tingkat CO2 di atmosfer dan metana mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021.

Greenland dan Antartika baru-baru ini menunjukkan tingkat massa es yang rendah sepanjang masa dan gletser mencair 31 persen lebih cepat daripada yang terjadi 15 tahun yang lalu, kata para penulis.

Panas laut dan permukaan laut global mencatat rekor baru sejak 2019 dan tingkat kehilangan tahunan hutan Amazon Brasil mencapai level tertinggi dalam 12 tahun pada 2020.

Degradasi Hutan

Menjelaskan hasil hasil penelitian sebelumnya, para peneliti juga mengatakan degradasi hutan yang terkait dengan kebakaran, kekeringan dan penebangan menyebabkan bagian dari hutan Amazon Brasil sekarang bertindak sebagai sumber karbon, daripada menyerap gas dari atmosfer.

Sedangkan ternak seperti sapi dan domba sekarang berada pada tingkat rekor dan berjumlah lebih dari empat miliar dan dengan massa melebihi semua manusia dan mamalia darat liar digabungkan, kata mereka.

Tim Lenton, Direktur Institut Sistem Global Universitas Exeter dan rekan penulis studi, mengatakan, gelombang panas yang memecahkan rekor baru-baru ini di Amerika Serikat bagian barat dan Kanada menunjukkan bahwa iklim telah mulai "berperilaku dengan cara yang mengejutkan dan tidak terduga" seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (29/7/2021).

“Kita perlu menanggapi bukti bahwa kita telah mencapai titik kritis iklim sehingga perlu melakukkan dekarbonisasi ekonomi global dan mulai memulihkan alih-alih merusak alam,” katanya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper