Bisnis.com, JAKARTA — Ternyata bukan hanya layanan jual beli secara daring, fintech, dan juga ride hailing yang dapat memanfaatkan populasi 270,6 juta penduduk Indonesia. Belum lama ini, sebuah perusahaan rintisan atau startup penyedia jasa aplikasi perpajakan, OnlinePajak diam-diam masuk daftar unicorn asal Indonesia.
Laporan CB Insights bertajuk The Complete List of Unicorn Companies mencatat OnlinePajak menjadi startup ketujuh yang masuk daftar perusahaan dengan valuasi di atas US$1 miliar.
Dengan demikian OnlinePajak saat ini menyandang status yang sama dengan lima unicorn lain asal Indonesia, yakni Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, Ovo, dan J&T Express. Gojek, mantan penghuni daftar unicorn yang sudah naik kelas menjadi decacorn atau perusahaan dengan valuasi lebih dari US$10 miliar.
Adapun OnlinePajak pada 15 Juli 2021 memiliki valuasi hingga US$1,7 miliar atau sekitar Rp24,75 triliun dengan beberapa investor pendukung, seperti Sequoia Capital India, Warburg Pincus, dan Altos Ventures.
Dibalik kesuksesan unicorn tersebut Charles Guinot merupakan sosok yang berjasa sebagai pendiri dan CEO. Dia berhasil menangkap peluang kebutuhan layanan mengenai urusan perpajakan di Indonesia.
Mengutip dari berbagai sumber, pria berkebangsaan Prancis ini merupakan insinyur robotika, yang memperoleh gelar magister dari Université de Technologie de Compiègne di negara asalnya.
Charles kemudian menetap di Indonesia dan mendirikan OnlinePajak di bawah bendera perusahaan PT Achilles Advanced Systems pada 2014 berlandaskan kegelisahan untuk memecahkan dua isu. Pertama, kesulitan administrasi wajib pajak yang akhirnya memengaruhi kepatuhan menunaikan kewajiban kepada negara. Kedua, kegelisahan dia melihat kesulitan pemerintah mengumpulkan pajak.
Berdasarkan studi Bank Dunia dan PricewaterhouseCoopers, jumlah pembayaran pajak rata-rata yang dilakukan setiap wajib pajak dalam satu tahun mencapai 43 kali pembayaran, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pembayaran pajak secara benar dan sesuai dengan aturan yang ada, bisa mencapai 221 jam per tahun.
Berbekal hal tersebut, Charles menghadirkan aplikasi untuk memperlancar proses perpajakan agar dapat membantu meningkatkan kepatuhan dan pendapatan pajak negara.
Menurut Crunchbase, perusahaan rintisan berbasis perpajakan ini telah mengumpulkan dana investor hingga US$41 juta dari tiga kali putaran pendanaan.
Berdasarkan data dari VentureCap Insights, belum lama ini OnlinePajak memperoleh pendanaan sebesar US$12 juta (sekitar Rp174 miliar) dalam putaran Seri C yang dipimpin oleh Tencent dan Altos Ventures dengan partisipasi dari investor terdahulu, Warburg Pincus.
Perusahaan berbasis aplikasi perpajakan itu turut mengumpulkan dana US$25 juta dalam pendanaan seri B pada Oktober 2018 yang diraih dari Warburg Pincus, Endeavour Catalyst, Global Innovation Fund.
Adapun, investor lama seperti Alpha JWC Ventures, Sequoia Capital, dan Primedge juga ambil bagian dalam putaran pendanaan seri B tersebut.
Selain itu, pada 2017, OnlinePajak meraih pendanaan seri A yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dengan nilai U$5 juta atau senilai Rp67,5 miliar
Baca Juga : Profil CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin, Dekat dengan AHY & Bosowa hingga IPO Unicorn Perdana |
---|
Sebagai tambahan informasi, dengan valuasi US$1,7 miliar, OnlinePajak menjadi unicorn dengan nilai paling kecil di antara unicorn asal Indonesia lainnya. Satu tingkat di atas perusahaan yang didirikan Charles, ada Ovo, startup penyedia layanan keuangan bentukan Lippo Group yang memiliki valuasi US$2,9 miliar.
Selisih tipis dari Ovo, ada Traveloka penyedia layanan perjalanan dengan valuasi US$3 miliar. Selanjutnya Bukalapak duduk di urutan ke-4 bermodal valuasi US$3,5 miliar.
Terpaut jauh dengan yang lain, J&T Express dan Tokopedia, masing-masing memiliki valuasi US$7,8 miliar dan US$7 miliar. Kemudian pada urutan pertama ada Gojek yang telah berstatus decacorn atau perusahaan dengan nilai lebih dari US$10 miliar.