Bisnis.com, JAKARTA – Literasi masyarakat dan tingkat penyebaran Covid-19 yang kian mengalami peningkatan diyakini menjadi tantangan utama kegiatan kurban secara daring di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan agenda kurban secara daring merupakan salah satu alternatif untuk menghindari kerumunan dan banyak lembaga yang sudah kredibel untuk melakukan kurban secara daring.
“Secara pribadi, saya melakukan kurban secara daring dan alhamdulillah dokumentasi dan pelaporannya diberikan secara bertanggung jawab,” ujarnya, Selasa (20/7/2021).
Namun, Bima mengatakan hingga saat ini tantangan kurban daring masih berkutat pada literasi masyarakat atas keabsahan berkurban secara daring melalui hukum Islam dan kebiasaan membeli hewan kurban secara luring.
Bima melanjutkan meskipun masih dihadapkan dengan tantangan tersebut, dirinya masih optimistis akan ada peningkatan signifikan pada tahun ini untuk pembelian hewan kurban melalui platform dagang elektronik (e-commerce). Khususnya, karena terdorong oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Berdasarkan data Statista, pembelian hewan kurban secara langsung lebih disukai oleh sekitar 80 persen responden dari seluruh wilayah berisiko Covid-19 di Indonesia.
Statista menuliskan kurban adalah ritual menyembelih hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, atau unta pada saat perayaan Iduladha. Adapun, Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia yakni sekitar 225 juta Muslim.
Terpisah, Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan dalam beberapa tahun terakhir banyak sekali layanan keagamaan yang terintegrasi dengan teknologi seperti dagang-el dan dompet digital.
Dia menjelaskan meskipun makin banyak pemain yang merambah layanan kurban daring, tetapi terdapat beberapa tantangan terhadap metode pembelian kurban secara daring pada tahun ini, yaitu penurunan daya beli masyarakat dan transparansi penggunaan dana kurban.
“Namun, untuk kurban bisa jadi malah terjadi penurunan karena efek pandemi dan PPKM Darurat membuat sebagian besar masyarakat mengalami penurunan pendapatan,” katanya.
Dia melanjutkan tantangan lainnya adalah di transparansi penggunaan uang kurban yang menurutnya masih belum diperhatikan oleh beberapa pemain.
Huda menilai perlu adanya manajemen atau strategi yang dilakukan oleh platform dagang elektronik atau dompet digital dalam menyediakan transparansi penggunaannya.
“Saya rasa fitur transparansi ini yang penting dilakukan oleh platform agar bisa bersaing,” kata Huda.