Analis Data, Profesi yang Dibutuhkan untuk Kebutuhan Digitalisasi

Akbar Evandio
Minggu, 18 Juli 2021 | 18:08 WIB
Pekerja memotret produk sepatu Prospero yang akan dipasarkan melalui platform digital di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (3/7/2020). Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebanyak 9,4 juta UMKM sudah menggunakan atau memasarkan produknya melalui pasar e-commerce dan mendapatkan manfaat penggunaan teknologi digital untuk transaksi lintas batas./ANTARA FOTO-Adeng Bustomi
Pekerja memotret produk sepatu Prospero yang akan dipasarkan melalui platform digital di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (3/7/2020). Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebanyak 9,4 juta UMKM sudah menggunakan atau memasarkan produknya melalui pasar e-commerce dan mendapatkan manfaat penggunaan teknologi digital untuk transaksi lintas batas./ANTARA FOTO-Adeng Bustomi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Analis data saat ini menjadi salah satu profesi yang diklaim menjadi primadona yang banyak dibutuhkan di banyak perusahaan, baik rintisan hingga perusahaan besar.

Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan hampir semua sektor membutuhkan ilmuwan data, terutama perusahaan yang ingin memulai mendigitalisasi perusahaannya.

“Implikasi dengan hadirnya banyak data scientist, bisa mempercepat kolaborasi antar instansi dan perusahaan yang memperkuat ekosistem digital nasional,” katanya, Minggu (18/7/2021).

Lebih lanjut, dia menjelaskan profesi ini penting untuk memahami dan mengukur lanskap industri saat keadaan pandemi Covid-19. Tujuannya agar tetap mendorong pertumbuhan bisnis suatu perusahaan sehingga bisa tetap bertahan dalam gempuran pandemi.

Intinya, bidang ilmu data berfokus pada analisis data untuk memberikan wawasan dan kemudian menggunakan algoritma dan pembelajaran mesin untuk membuat keputusan dan prediksi yang tepat.

Menurut Grand View Research, ukuran pasar platform ilmu data global bernilai US$3,93 miliar pada 2019. Sementara itu, data Statista menunjukkan bahwa pada 2021, pasar data besar global diprediksi bernilai US$64 miliar.

Dalam hal analitik data, bidang utama lain dari ilmu data, penelitian menunjukkan bahwa Amerika Utara menyumbang pangsa pasar terbesar dengan nilai pasar terhadap data lebih dari US$10 miliar. Eropa adalah pasar terbesar kedua dengan nilai sekitar US$6,43 miliar.

Dianta melanjutkan peran analis data adalah salah satu pekerjaan yang paling diminati baik di Inggris maupun Amerika Serikat (AS). Adapun, peran tersebut mengalami pertumbuhan tahunan 37 persen.

Berdasarkan data dari IT Jobs Watch, terdapat kekurangan sekitar 250.000 profesional dengan keterampilan keamanan dan ilmu data. Data ini menunjukkan permintaan yang jelas bagi mereka yang memiliki keterampilan yang tepat.

Menurut Dianta, untuk kasus di Indonesia saat ini pemerintah sudah memulai mendorong pembukaan program studi digital. Tetapi, memang membutuhkan waktu jika menunggu lulusan dengan gelar pendidikan formal atau secara organik.

“Jika ingin mempercepat tenaga kerja ilmuwan data yang memiliki keterampilan non gelar akademis. Pelatihan informal atau non formal harus lebih diperbanyak terutama dengan user atau perusahaan digital agar para tenaga kerja tersebut langsung bisa sesuai dengan dunia usaha,” kata Dianta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper