Bisnis.com, JAKARTA – Indonesian Digital Empowering Community meyakini jaringan internet (5G) tidak memiliki pengaruh signifikan pada peningkatan belanja Internet of Things (IoT).
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan belanja IoT meningkat cenderung karena paksaan pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat harus mengadopsi digital lebih intens.
“5G tidak terlalu signifikan dampaknya ke belanja IoT, jaringan ini hanya teknologi GSM baru dan bukan menjadi kunci dari peningkatan belanja IoT, tetapi kunci utamanya adalah sistem dan ekosistemnya, bila ada 5G atau 6G sekalipun bila ekosistemnya tidak mendukung tidak ada pengaruhnya ke belanja,” katanya, Kamis (17/6/2021)
Dia mengatakan pandemi turut meningkatkan pertumbuhan pengguna digital sebesar 10 persen pada akhir tahun ini sehingga dibandingkan jaringan kelima kesiapan ekosistem di Indonesia lebih urgen saat ini.
“Untuk membuat e-government, smart city, dan langkah transformasi digital lainnya bahkan bisa dengan 4G. Jadi, siapkan dulu ekosistemnya, used case-nya, dan sistemnya, baru teknologi infrastrukturnya,” ujar Tesar.
Berdasarkan data firma riset pasar International Data Corporation (IDC), pengeluaran perusahaan di berbagai dunia untuk mengadopsi Internet of Things (IoT) mencapai US$ 1,1 triliun atau sekitar Rp 15.730 triliun pada 2023.
Laporan tersebut melihat terdapat tiga industri yang bakal mengeluarkan banyak dana untuk mengadopsi IoT, yakni manufaktur diskrit, manufaktur proses, dan transportasi. Adapun, pengeluaran ketiga industri ini mencapai hampir sepertiga dari total belanja untuk IoT pada 2023.