Pelanggan Menunggu Solusi Nyata dari 5G

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 14 Juni 2021 | 19:18 WIB
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat telekomunikasi menilai operator seluler pemegang izin komersialisasi 5G harus mampu menghadirkan solusi nyata dari generasi kelima (5G). Solusi yang ditampilkan akan membuat masyarakat yakin bahwa teknologi baru itu membawa perubahan. 

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan bahwa implementasi 5G oleh operator seluler seharusnya memperlihatkan kasus bagaimana 5G bekerja dan memberi manfaat, bukan hanya perihal teori 5G yang bisa mencapai kecepatan di atas 1 Gbps. 

Operator, katanya, dapat memperlihatkan kasus nyata di mana 5G dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh 4G. Hal ini menjadi tantangan PT Indosat Tbk. (ISAT) setelah mengantongi izin komersialisasi 5G.

“Jika Indosat ingin dinilai berhasil gelar 5G, [Indosat] harus bisa memperlihatkan kasus apa yang hanya bisa dilakukan oleh 5G. Selama ini yang ditonjolkan hanya bandwidth yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi,” kata Tesar, Senin (14/6/2021). 

Dia berpandangan tidak masalah seandainya segmen korporasi yang lebih dahulu merasakan manfaat 5G dibandingkan dengan segmen ritel selama 5G digunakan pada tempatnya yaitu menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh 4G. 

Setiap teknologi hadir dengan solusi yang berbeda-beda. Saat era 1G, pengguna dapat melakukan panggilan suara. Era 2G, pengguna dapat melakukan SMS, MMS, dan internet secara terbatas. 

Kemudian era 3G, pengguna makin mudah dalam mengakses internet dan aplikasi. Era 4G, pengguna dapat mengakses internet cepat, konferensi video dan lain sebagainya. Pada era 4G ini lahir banyak perusahaan rintisan berbasis teknologi. 

Pada era 5G, kata Tesar, solusi yang dihadirkan adalah pemantauan dan pengontrolan barang dalam jumlah banyak dari jarak jauh. Karakteristik 5G yang memiliki latensi di bawah 1 milidetik, memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. 

“Teknologi 5G adalah bandwidth besar, kecepatan bagus dan latensi rendah. Itu harus ditunjukkan. Kalau 4G sudah bisa, buat apa 5G? itu yang harus dibuktikan.” 

Tesar menegaskan bahwa dirinya tidak anti terhadap teknologi baru, mengingat saat ini muncul persepsi bahwa pengkritisan terhadap 5G sebagai golongan yang tidak menerima perubahan.

“Bukan tidak mendukung 5G, hanya saja teknologi ini harus digunakan secara tepat,” kata Tesar. 

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Zufrizal
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper