Bisnis.com, JAKARTA – Keamanan siber dinilai menjadi salah satu tolok ukur bagi perusahaan rintisan (startup) di bidang Software as a service (SaaS) untuk memenangkan pasar pada tahun ini.
Direktur eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan masyarakat makin cerdas dalam memilah layanan startup mana yang paling memberikan rasa aman dan nyaman.
“Keamanan siber menjadi alat kompetisi bagi SaaS. Apalagi untuk perusahaan, lembaga atau kelas enterprise dan yang mampu memenangkan hati entitas selaras untuk menarik pengguna baru hadir ke perusahaan tersebut,” ujar Heru, Jumat (23/4/2021).
Sekadar gambaran, pandemi Covid-19 memaksa sejumlah perusahaan menerapkan metode kerja dari rumah (work from home/WFH). Namun, model tersebut tetap tidak lepas dari serangan terhadap data keamanan perusahaan, di mana tengah marak serangan bernama bruteforce terhadap protokol yang digunakan karyawan untuk mengakses sumber daya perusahaan dari jarak jauh.
Untuk diketahui, serangan brute force merupakan upaya peretas melakukan pengujian nama pengguna dan sandi yang berbeda sampai kombinasi yang benar ditemukan, dan mereka mendapatkan akses ke sumber daya perusahaan.
“Brute force ini teknik yang sudah lama [ada], tetapi memang masih efektif dipakai. Bahkan, makin ke sini tidak sekadar berharap brute force, karena metode phising pun dilakukan untuk menembus akun seseorang atau admin website serta aplikasi, baik perusahaan maupun lembaga,” katanya.
Pakar keamanan Kaspersky, Dmitry Galov mengatakan selama setahun terakhir jumlah total serangan brute force telah turun terus meningkat jika dibandingkan dengan periode sebelum pandemi.
Dia melanjutkan, bruteforce makin marak seiring konsep Remote desktop protocol (RDP) atau alat protokol desktop jarak jauh kian paling populer dan digunakan untuk mengakses workstation atau server Windows di tengah pandemi Covid-19.
“Pada Maret 2020, jumlah total serangan brute force terhadap RDP melonjak dari 93,1 juta di seluruh dunia bulan Februari 2020 menjadi 277,4 juta di Maret 2020. Ini merupakan peningkatan sebesar 197 persen. Bahkan, April 2020 dan seterusnya, serangan bulanan tidak pernah turun ke bawah 300 juta, dan mencapai level tertinggi baru di 409 juta serangan di bulan November secara global,” tuturnya.