Bisnis.com, JAKARTA – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dinilai masih sulit menghadapi terhadap proses digitalisasi, khususnya terkait perlindungan keamanan data.
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha mengatakan digitalisasi dapat menghilangkan hambatan bisnis bagi pelaku UMKM dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara. Tetapi, digitalisasi ini juga meningkatkan risiko serangan dunia maya terhadap UMKM.
“Karena itu, masih banyak pelaku UMKM tidak siap menghadapi ancaman keamanan yang datang. Realita yang terjadi bahwa toko fisik dapat berjalan tanpa terlalu mengkhawatirkan keamanan karena sistem dan pengaturan yang diberlakukan berbeda dengan toko digital,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (22/3/2021).
Menurutnya, mayoritas pemilik UMKM tidak menyadari seberapa besar ancaman phishing terhadap bisnis mereka sehingga cara ini secara terus-menerus menjadi salah satu cara utama peretas mengambil alih situs pada platform.
Phising adalah metode di mana peretas mengirim email tipuan yang menyamar sebagai email dari seseorang atau organisasi yang dikenal dalam upaya membuat mereka mengungkapkan kunci akun loginnya.
Menurutnya, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan para pelaku UMKM yang terjun ke ranah digital untuk mencegah maraknya phising, yaitu dengan enkripsi, di mana seluruh situs harus memiliki data yang dienkripsi. Hal ini dilakukan guna memastikan bahwa data yang diperoleh oleh peretas tidak akan berguna jika diretas.
“Selain itu, amankan situs web dengan sertifikat SSL, gunakan perangkat lunak antivirus yang berbayar dan kredibel, dan menerapkan firewall, dengan menginstal firewall di server platform,” katanya.
Dia meyakini dengan mengambil langkah preventif untuk melindungi bisnis dari ancaman peretasan akan sangat membantu para pelaku bisnis dalam melindungi bisnisnya.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan serangan siber melalui rekayasa sosial dan phising tidak hanya menjadi tantangan UMKM yang merambah digital, tetapi ajang persaingan baru dari pelaku e-commerce dan social commerce.
Penyebabnya, dia menilai kedua tantangan tersebut menjadi wadah bagi UMKM untuk merambah digital sehingga makin aman platform tersebut akan selaras untuk menarik UMKM yang berniaga di sana.
“Serangan siber akan menjadi indikator apakah para supplier, UMKM dan konsumen akan tetap menggunakan platform tersebut atau tidak sehingga saat ini para pemain harus sudah mulai memperkuat divisi keamanan siber bagi perusahaannya. Selain terus memperkuat literasi digital bagi supplier maupun konsumennya,” ujar Dianta.