Lazada dan Tokopedia Sebut Keamanan Data Jadi Prioritas  

Akbar Evandio
Selasa, 23 Maret 2021 | 06:54 WIB
Ilustrasi belanja online/Istimewa
Ilustrasi belanja online/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Platform dagang elektronik (e-commerce) memastikan keamanan data menjadi salah satu prioritas utama yang harus dipenuhi perusahaan untuk memberikan keamanan bagi pedagang dan konsumen mereka.

SVP Traffic Operations & Seller Engagement Lazada Indonesia Haikal Bekti Anggoro mengatakan keamanan platform, khususnya terkait dengan data pelanggan akan selalu menjadi prioritas.

“Dengan teknologi keamanan yang canggih dari Alibaba, kami terus memberikan perlindungan terbaik untuk data pelanggan. Upaya kami mencakup pemeriksaan rutin untuk memastikan bahwa tidak ada aktivitas yang janggal di sistem kami. Jika kami mendeteksinya, kami akan segera mengambil tindakan untuk mencegah kebocoran data pelanggan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (22/3/2021)

Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk memastikan pelanggan mendapatkan pengalaman belanja daring yang aman, khususnya dari serangan phising dan rekayasa sosial, perusahaan juga aktif melakukan edukasi dasar saat berbelanja daring.

“Kami selalu edukasi [pelanggan] untuk melindungi akun dengan menggunakan kata sandi yang kuat dan unik, serta hindari penggunaan  kata sandi yang sama untuk platform atau layanan lain,” katanya.

Selain itu, dia mengatakan semua transaksi harus diselesaikan melalui situs web resmi atau aplikasi seluler Lazada sehingga hal tersebut meminimalisir pelanggan untuk tidak mengklik tautan tidak dikenal yang mungkin mengarahkan mereka ke situs palsu untuk mendapatkan detail akun dan kata sandi pelanggan.

Senada, External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan bisnis perusahaan adalah bisnis kepercayaan sehingga mereka akan terus melakukan berbagai upaya dalam melindungi data pengguna ketika bertransaksi melalui platformnya. Salah satunya dengan menerapkan sistem keamanan berlapis.

“Kami juga konsisten berkolaborasi dengan para mitra strategis --yang memiliki spesialisasi di bidang keamanan siber-- untuk terus meningkatkan tata kelola dan prosedur serta sistem antisipasi dan mitigasi Tokopedia, sesuai dengan standar keamanan di industri,” ujarnya.

Dia melanjutkan Tokopedia di sisi lain konsisten mengedukasi pengguna untuk juga menjaga data pribadi masing-masing, misalnya dengan tidak bertransaksi di luar platform resmi Tokopedia atau tidak memberikan kode OTP kepada siapa pun dan untuk alasan apa pun.

“Bisnis Tokopedia adalah bisnis reputasi dan kepercayaan, maka kerahasiaan dan keamanan data pribadi pengguna merupakan prioritas utama dalam bisnis Tokopedia,” katanya.

Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bisnis digital merupakan bisnis kepercayaan antara platform, penjual, dan konsumen.

“Maka dari itu, memang dibutuhkan strategi khusus untuk melindungi konsumen dan penjual agar tidak terkena phising,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (22/3/2021)

Dia menilai ada 3 langkah yang dapat dilakukan saat ini. Pertama, memberikan keamanan perlindungan data bagi konsumen dan pedagang dengan kontrak yang ketat.

Kedua, memberikan keamanan tambahan bagi seller maupun konsumen. Ketiga, pembaruan sistem keamanan di platform dan peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Strategi tersebut juga harusnya didukung oleh regulasi keamanan data pribadi yang ketat dari pemerintah. Undang-undang perlindungan data pribadi sebenarnya saya harapkan mampu meningkatkan keamanan data pribadi masyarakat termasuk pedagang dan konsumen. Tujuannya adalah ada sebuah sistem hukum yang kuat dalam perlindungan data masyarakat,” ujarnya.

Perusahaan keamanan siber global Kaspersky mengungkapkan statistik kampanye phishing berkelanjutan terhadap bisnis mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Asia Tenggara.

Adapun, dalam hal penargetan phishing per negara di Asia Tenggara, Indonesia mencatatkan insiden terbanyak pada 2020, diikuti oleh Thailand, dan Vietnam di mana masing- masing mencatat lebih dari setengah juta percobaan ancaman siber tersebut.

Selain itu, Malaysia, Filipina, dan Singapura juga tidak luput menjadi target serangan phishing. Negara- negara ini mencatat sebanyak 795.052 upaya gabungan dari periode Januari—Desember tahun sebelumnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper