Bisnis.com, JAKARTA – Modus serangan siber melalui rekayasa sosial atau phising dinilai masih menjadi tantangan bagi aktivitas belanja daring dalam negeri.
Phishing adalah bentuk kejahatan dunia maya berdasarkan teknik manipulasi psikologis yang melibatkan pencurian data rahasia dari komputer seseorang dan kemudian menggunakannya untuk berbagai tujuan mulai dari pencurian uang hingga menjual kembali data yang diperoleh.
Adapun, pesan phishing biasanya berupa pemberitahuan palsu dari bank, penyedia, sistem pembayaran elektronik dan organisasi lain.
Phishing juga dapat berbentuk replika yang hampir 100 persen sempurna dari situs web terpercaya, di mana para pengguna akan terpikat melalui pesan phishing hingga berakhir dengan pemberian data pribadi secara sukarela.
CEO PT Digital Forensic Indonesia Ruby Alamsyah mengatakan teknik phishing bisa marak kembali saat ini dikarenakan dua faktor, yaitu makin tingginya penggunaan digital platform dan tingkat kesadaran akan keamanan informasi dan teknologi (IT) di masyarakat yang masih rendah.
Dia menilai serangan siber melalui rekayasa sosial atau phising tersebut masih menjadi tantangan bagi pelaku dagang elektronik (e-commerce) dan social commerce. Sebab, keamanan data menjadi salah satu kebutuhan yang perlu dipenuhi karena menggambarkan citra perusahaan.
“Jadi solusi bagi platform digital platform saat ini adalah selain meningkatkan keamanan sistem dan infrastrukturnya, juga sangat diperlukan sosialisasi terkait kesadaran akan keamanan IT dengan lengkap dan transparan, agar para pengguna mereka paham detil apa saja celah keamanan atau resiko yang bisa terjadi di titik pengguna,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (22/3/2021).
Menurutnya, saat terjadi sebuah informasi yang viral terkait kebocoran data maupun serangan siber atas suatu entitas, banyak pengguna menjadi enggan atau tidak menggunakan platform tersebut sementara waktu.
“Dari kejadian serangan siber selama ini, selain bisa merugikan secara finansial, juga dapat menimbulkan ketidakpercayaan yang dapat mengakibatkan kehilangan pengguna atau pengurangan pendapatan bagi para pemain,” ujarnya.
Perusahaan keamanan siber global Kaspersky mengungkapkan statistik kampanye phishing berkelanjutan terhadap bisnis mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Asia Tenggara.
Dalam laporan mereka, Indonesia mencatatkan insiden terbanyak pada 2020 dengan upaya phising sebanyak 744,518 ke UMKM. Hal ini menjadikan Indonesia resmi menyandang peringkat ke-16 secara global dan peringkat pertama di Asia Tenggara dengan kasus serangan siber tertinggi, khususnya rekayasa sosial dan phising.