Ini Solusi Agar Data Sensitif di Komputasi Awan Publik Tetap Aman

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 17 Maret 2021 | 20:32 WIB
Ilustrasi komputasi awan
Ilustrasi komputasi awan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Lapis keamanan untuk komputasi awan publik (public cloud) dan komputasi awan hibrida (hybrid cloud) yang lebih sedikit menjadi alasan sejumlah organisasi enggan beralih ke kedua sistem penyimpanan data virtual tersebut. NTT Ltd Indonesia memiliki solusi mengatasi hal tersebut.  

CEO NTT Ltd untuk Indonesia Hendra Lesmana mengatakan pada waktu data dikirim ke komputasi awan publik, perlindungan yang berlapis-lapis tidak bisa lagi diterapkan, dan data akan terekspos.

Untuk mengurangi kekhawatiran sekaligus meningkatkan kepercayaan bahwa data yang disimpan di komputasi awan publik aman, data yang bersifat sensitif biasanya akan dibuat anonim. 

Secara karakter masih sama dengan data aslinya, tetapi saat dikirim komputasi awan sudah berupa data olahan yang sulit ditebak.

Solusi lainnya, kata Hendra, adalah dengan membuat peraturan yang tegas, dengan prinsip tidak ada yang dapat dipercaya (zero trust).

Komputasi awan publik yang bersifat virtual dan terbuka, hakikatnya bisa dibuat secara terbatas dan tertutup dengan sistem masuk akses yang ketat. Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk dan mengakses data di komputasi awan publik.

“Semua tidak dipercaya, sampai dikasih akses speksifik. Ibaratnya dikasih kata sandi sekali pakai [OTP] itu baru boleh akses,” kata Hendra dalam konferensi virtual, Rabu (17/3/2021).

Hendra juga menjelaskan meski secara teknis komputasi awan publik menyimpan data di awan virtual, beberapa sertfikasi yang dikantongi oleh perusahaan komputasi awan publik seharusnya dapat menjamin keamanan data yang disimpan.

Dalam kenyatanya, kata Hendra, menyimpan data di komputasi awan publik, terkadang lebih aman dibandingkan dengan di komputasi awan pribadi  atau di server fisik. Dengan sistem pelapis dan cadangan yang komprehensif, komputasi awan lebih aman dari hal-hal yang bersifat bencana seperti gempa, kebakaran dan lain sebagainya.

 “Jadi tidak bisa kita bilang kalau public cloud lebih tidak aman, ada beberapa kasus hybrid cloud dan public cloud lebih aman dari private cloud,” kata Hendra.

Hendra juga mengatakan di luar negeri, sejumlah sektor menjadi target penyerang peretas. Umumnya sektor-sektor yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan saat ini menjadi incaran.

Dengan sistem penyimpanan data berlapis dan menggunakan multi penyimpanan seperti private, hybrid, dan public secara bersamaan, sektor tersebut tidak mendapat masalah yang berarti.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper