Bisnis.com, JAKARTA – Laporan dari Juniper Research mencatatkan bahwa industri video gim akan bernilai lebih dari US$200 miliar atau Rp2.280 triliun (kurs Rp14.400) pada 2023, di mana gim selular dan komputasi awan akan memimpin pertumbuhan ini.
Dikutip melalui Business Wire, riset tersebut mencatatkan bahwa popularitas gim F2P (free-to-play) seperti Fortnite dan Call of Duty Mobile semakin mengintensifkan monetisasi dalam gim.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa gim berbasis komputasi awan dan video gim berlangganan akan tumbuh pada tingkat rata-rata 9 persen per tahun dan mendatangkan pendapatan lebih dari US$8 miliar atau Rp115,2 triliun pada 2023.
Selain itu, gim PC akan menjadi segmen yang paling menguntungkan untuk pembelian dalam gim yang mendekati angka US$ 32 miliar atau Rp460,81 triliun pada 2023.
Meskipun game seluler akan memiliki lebih banyak pembelian, pembelian ekspansi gim dengan nilai lebih tinggi akan menjaga pertumbuhan pendapatan dalam gim PC yang kuat.
Pendapatan dalam aplikasi ponsel cerdas akan tumbuh rata-rata 8 persen selama periode perkiraan, seiring dengan pertumbuhan game ponsel cerdas di pasar negara berkembang.
Sementara itu di Indonesia, Ekosistem bisnis gim berbasis komputasi awan dinilai masih sulit diprediksi. Meskipun pandemi mengakselerasi masyarakat untuk akrab dengan digital, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan walaupun mulai banyak pemain yang masuk ke ranah cloud gaming, baru-baru ini Google Stadia baru saja menutup studio pengembangan gimnya dan memfokuskan Stadia sebagai penyedia tulang punggung sistem cloud gaming lainnya.
Baca Juga : Ada 44,2 Juta Pemain Gim E-Sport di Indonesia |
---|
Sebagai informasi, Google pekan ini mengumumkan penutupan studio game yang bersangkutan. Ada dua kantor studio yang dibubarkan, di Los Angeles (AS) dan Montreal (Kanada).
Penutupan ini berimbas pada 150 orang pegawai anggota tim Stadia Games & Entertainment. Sebagian besar dialihkan untuk mengerjakan proyek baru.
Dikutip melalui blog resmi Google, Google menjelaskan alasan penutupan Stadia Game Studio terkait dengan waktu dan biaya pengembangan gim yang dinilai tidak ekonomis.