Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan berbasis Software as a Service (SaaS) di Indonesia kian berkembang dalam beberapa tahun ke belakang.
Dengan penggunaan internet yang terus tumbuh, sektor ini makin mudah untuk diakses konsumen, terutama dari kalangan yang tertarik untuk mendigitalkan usaha mereka.
Kondisi ini selaras dengan perkembangan secara global yang dilaporkan Market Watch yang memperkirakan pasar produk SaaS secara global akan tumbuh hingga 21 persen hingga mencapai US$ 117 miliar pada 2022.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengamini bahwa pertumbuhan bisnis SaaS di Indonesia akan sejalan dengan pasar global.
Menurutnya, Indonesia dengan percepatan penggunaan teknologi internet dan pertumbuhan penduduk akan membuat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat penting dilakukan. Termasuk bagi kalangan pelaku usaha sehingga menciptakan peluang bagi industri SaaS di Indonesia.
“Nah, peluang ini bisa ditangkap oleh perusahaan bisnis SaaS. Ada kelanjutan marketing untuk mereka. Makanya perusahaan SaaS lokal perlu segera fokus dan investasikan anggaran ke pengembangan komputasi awan, kecerdasan buatan, maha data, dan lainnya agar bisa menangkap peluang tersebut,” ujarnya.
Pasalnya, dia meyakini saat pandemi Covid-19 peluangnya sangat besar untuk bisnis SaaS, di mana faktor pembatasan kegiatan masyarakat dan naiknya penggunaan teknologi menjadi faktor positif. Alhasil, sangat penting agar momentum tersebut tidak terlewatkan.
Namun, dia mengatakan juga terdapat faktor negatif di mana sebagian besar perusahaan mengalami dampak penurunan pendapatan. Termasuk perusahaan yang menggunakan jasa SaaS.
Adapun, prediksi dari perusahaan penelitian asing Gartner per Juli 2020 memperkirakan bahwa industri aplikasi awan berbasis layanan SaaS akan bernilai hingga US$ 143,7 miliar pada 2022.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa besarnya potensi tersebut dikarenakan pasca pandemi Covid-19, proporsi belanja teknologi informasi (TI) yang beralih ke awan diprediksi dengan proyeksi mencapai 14,2 persen dari total pasar belanja TI perusahaan global pada 2024.