Huawei: Ini Cara Transformasi Digital Pulihkan Ekonomi

Rio Sandy Pradana
Senin, 8 Februari 2021 | 13:04 WIB
Karyawan melintas di dekat logo Huawei Technologies Co. di pusat layanan di Brussels, Belgia, Selasa (4/2/2020). Bloomberg/Geert Vanden Wijngaert
Karyawan melintas di dekat logo Huawei Technologies Co. di pusat layanan di Brussels, Belgia, Selasa (4/2/2020). Bloomberg/Geert Vanden Wijngaert
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Huawei menyebut transformasi digital pada industri akan membantu suatu negara dalam meningkatkan produktivitas, memacu pemulihan ekonomi dan mengembangkan daya saing di masa depan.

Huawei merilis laporan tahunan Global Connectivity Index (GCI) 2020. Riset GCI menunjukkan bahwa ekonomi yang mampu meningkatkan produktivitas dan beralih ke digital dengan mendayagunakan konektivitas cerdas pada umumnya memperoleh manfaat berupa nilai tambah bruto (GVA) per pekerja atau per jam kerja yang lebih tinggi.

"Untuk kali pertama, kami memperluas perspektif penelitian kami dari dimensi negara ke industri. Kami juga menyarankan jalur transformasi digital untuk negara dan perusahaan dalam berbagai tahap untuk membantu mereka membangun ketahanan ekonomi yang berorientasi masa depan," kata Zhang Hongxi, Chief Marketing Officer of Huawei's ICT Infrastructure, Senin (8/2/2021).

Laporan ini telah menganalisis perubahan-perubahan skor GCI setiap negara sejak 2015. Skor rata-rata baik di kelompok ekonomi Frontrunner, Adopter, dan Starter semuanya meningkat sejak 2015.

Berdasarkan laporan yang sama, kalangan Starters menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) tertinggi diikuti oleh Adopters dan kemudian Frontrunners. Ini menunjukkan bahwa Starters mengejar ketinggalan dengan Adopters maupun Frontrunners dengan mempersempit kesenjangan digital.

Laporan 2020 juga menunjukkan negara-negara di kelompok Starters telah membuat kemajuan signifikan dalam cakupan broadband. Penetrasi broadband seluler mereka rata-rata naik lebih dari 2,5 kali lipat, langganan 4G mereka naik dari 1 persen menjadi 19 persen, dan broadband seluler mereka menjadi 25 persen lebih terjangkau. Pencapaian ini telah memungkinkan Starters untuk menawarkan layanan digital komprehensif yang lebih baik dan merangkul peluang baru dalam pembangunan ekonomi.

Indonesia, berdasarkan laporan GCI 2020, masih berada di kelompok negara-negara Starter. Berbekal skor 39, yang merupakan skor tertinggi di kelompok Starter, serta melihat progresivitas program pemerintah dalam terus mendorong tranformasi digital di semua sektor, termasuk pemerataan kualitas jaringan broadband hingga ke daerah-daerah pedesaan, membangun optimisme bahwa Indonesia akan segera masuk ke kelompok Adopter.

Selain itu, pengeluaran e-commerce negara Starters juga meningkat hampir dua kali lipat sejak 2014, yaitu menjadi lebih dari US$2.000 per orang. Beberapa Starters menaikkan klaster GCI, meningkatkan skor GCI mereka hingga 17 persen, dan berhasil menaikkan PDB 22 persen lebih tinggi dari Starter yang lain. Vietnam dan Peru sama-sama menjadi ekonomi Adopter pada 2020.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper