Bisnis.com, JAKARTA – Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI) meyakini program digitalisasi aksara nusantara makin diminati pada 2021
Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo mengatakan sejauh ini sudah ada 7 aksara daerah yang sedang dalam proses digitalisasi, yaitu Jawa, Sunda, Bugis (Lontara), Rejang, Batak, Makassar, dan Bali.
Digitisasi Aksara di Unicode sendiri adalah suatu standar teknis pengkodean internasional mengenai teks dan simbol dari sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan pada komputer, laptop, atau ponsel.
Baca Juga Ini Tantangan Penggunaan Domain Lokal |
---|
Selain ketujuh aksara tadi yang sedang diproses, Yudho menyebut masih ada 20 aksara daerah lain yang menunggu untuk dilakukan digitisasi.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia (ACHI) Rendy Maulana Akbar mengatakan langkah PANDI untuk mendigitalisasi aksara nusantara dalam bentuk nama domain memiliki dampak tersendiri bagi perekonomian negara.
“Aksara indonesia yang sudah jarang dipergunakan umum, tetapi masih ada dan perlu kita digitalisasikan dalam bentuk url domain. Pasalnya, ini bisa membantu penerimaan negara bukan pajak [PNBP] untuk aktivasi nama domain baru,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (28/1/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan aksara nusantara memiliki keunikan lantaran masih awam digunakan sebagai nama domain oleh masyarakat sehingga penggunaannya dapat diminati.
“Bila jadi domain tentu ada biayanya dan ada pemasukan pajak juga sehingga menambah pemasukan Negara. Bahkan, ini bisa jadi bahan promosi kebudayaan Indonesia di ranah internasional,” katanya.
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai digitalisasi aksara lebih memiliki manfaat besar untuk mendorong masyarakat khususnya yang berada di daerah luar pulau Jawa.
“Khususnya yang masuk dalam gen X dan baby boomers. Beberapa pelaku usaha UMKM di daerah terkadang lebih nyaman bertransaksi dengan bahasa daerah, atau membaca informasi dalam bahasa daerah. Ini akan berikan akses yang lebih luas bagi pelaku usaha untuk memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas, tanpa harus meninggalkan bahasa daerah,” katanya.
Menurutnya, implikasi penggunaan bahasa daerah terhadap pengusaha daerah memiliki potensi terus berkembang di era digital. Pasalnya, aksara memiliki sisi otentik dan keunikan yang mampu menambah potensi penjualan barang secara daring.
“Masyarakat senang melihat yang unik sehingga bisa berkontribusi pada potensi e-commerce yang total nilai transaksinya pada tahun ini akan meningkat hingga Rp350 triliun,” kata Bhima.