Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan yang bergerak di bidang teknologi pertanian atau agroteknologi (agritech) memiliki prospek menjanjikan sepanjang Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan Indonesia sebagai negara agraris menyediakan ceruk pasar yang baik bagi startup agrobisnis untuk bertumbuh.
“Pola distribusi yang mungkin agak terganggu dengan adanya PPKM bisa menjadi peluang bagi pemain Green House dan indoor vertical farming yang lebih terbiasa menggunakan teknologi,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (21/1/2021).
Dia melanjutkan khusus untuk indoor vertical farming bisa menempatkan fasilitas bertanam di tengah kota sehingga dekat dengan pelanggan dan menghemat biaya transportasi maupun resiko kerusakan
“Pemain agritech [juga bisa] fokus di area IoT (internet untuk segala) untuk monitoring, kontrol dan mengotomatisasi proses tanam dan pola tani tentu akan berguna sesuai komoditas dan lahan yg sesuai,” ujarnya.
Namun, menurutnya kendala PPKM yang perlu diantisipasi adalah dari hulu, yakni petani di mana dengan adanya PPKM adalah tingkat pembelian pelaku hotel, restoran, dan kafe (horeca) jauh turun dibandingkan periode normal.
“Namun, penjualan ke pasar induk untuk kebutuhan masyarakat seharusnya tidak terlalu terganggu,” katanya.
Edward mengatakan untuk mengantisipasi hal tersebut, para pemain dapat memanfaatkan peluang penjualan dari metode bisnis ke bisnis (B2B) dan bisnis ke konsumen (B2C). Pasalnya, hingga akhir 2021 ada peluang peningkatan pendapatan kotor dari tiap pemain hingga 5 kali lipat.
“Sangat mungkin [pendapatan kotor] naik karena sektor agri memang sangat besar,” kata Edward.