Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali dinilai memberi peluang akselerasi bagi perusahaan rintisan berbasis teknologi agrikultur (agritech).
Pendiri Asosiasi Digital Kreatif Indonesia (Aditif)Saga Iqranegara mengatakan kebijakan tersebut membuka peluangnya luas, tetapi para pemain harus bisa memanfaatkan dengan menghadirkan layanan kepada konsumen secara efektif dan efisien.
“Pelaku startup agritech perlu menguatkan sisi operasional untuk menghadapi lonjakan yang mungkin dating. Bahkan, potensinya [pendapatan kotor] bisa meningkat di atas 20 persen [pada kuartal I/2021],” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (21/1/2021)
Senada, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai pembatasan ruang gerak masyarkat, baik PPKM atau PSBB memberikan dampak positif ke penjualan bahan makanan seperti pertanian atau agritech.
“Saat ini banyak layanan pengantaran bahan pangan pertanian baik berbasis aplikasi ataupun layanan media sosial [WA ataupun IG]. Makin tumbuh penyedia jasanya. Maka pendapatan, jumlah pengguna, dan mitra juga berpotensi meningkat,” ujarnya
Menurutnya, masyarakat sudah melihat layanan agritech sebagai sebuah alat transaksi yang dekat dengan mereka untuk mendapatkan bahan makanan tanpa kontak langsung.
“Terlebih di masa pandemi seperti ini masyarakat lebih memilih kegiatan jual beli minim interaksi langsung. Maka dari itu, sektor pertanian masih lebih baik kinerjanya dibandingkan sektor lainnya. Artinya permintaan masyarakat akan barang pertanian masih tumbuh,” katanya.
Lebih lanjut, Huda melihat peluang kebijakan ini bisa dimanfaatkan pemain agritech untuk mengembangkan layanan penjualan bahan makanan secara daring.
“Terlebih ke daerah perkotaan. Minimal bisa tumbuh lebih dari 10 persen untuk produk pertanian yang dipasarkan melalui daring,” kata Huda.