Ruang Bertumbuh Startup Foodtech Makin Besar pada 2021

Akbar Evandio
Senin, 21 Desember 2020 | 09:42 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Akselerasi pendanaan terhadap perusahaan rintisan berbasis kuliner (foodtech) diperkirakan terus bertumbuh pada 2021.

Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono mengatakan hal tersebut terjadi karena hadirnya Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund pada tahun mendatang.

“Sekarang ini selain pendanaan dari investor sebelumnya, mulai awal 2021 investasi yang masuk juga melalui lembaga pengembangan investasi [LPI] sehingga ada two step investment,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (20/12/2020).

Lebih lanjut, dia menjelaskan melalui lembaga tersebut membuat negara, seperti Korea Selatan, Jepang, China, Amerika Serikat, dan Qatar semakin berminat menyuntikan dana ke startup Indonesia, tak terkecuali food tech.

Dia pun mengimbau agar pemain foodtech mulai menyambut kabar baik tersebut dengan menyelesaikan pekerjaan rumah yang masih menghantui model bisnis di ranah makanan dan minuman ini.

Food tech harus makin kebut manfaatkan teknologi. Kalau di sisi industri pangan perlu menghasilkan makanan yang makin inovatif dan kreatif, tetapi kalau di jasa andalkan kecepatan dan efisiensi menjadi kunci. Serta kolaborasi dengan e-commerce dan ride-hailing,” ujarnya.

Sekedar catatan, hingga saat ini, terdapat enam perusahaan rintisan yang memperoleh pendanaan pada 2020, yakni Hangry US$3 juta, Kopi Kenangan US$ 109 juta, YummyCorp US$12 juta, Mangkokku dan Haus! masing-masing US$2 juta, serta Greenly yang tidak disebutkan nilainya.

Handito optimis bahwa jumlah pemain yang menerima suntikan dana pun akan bertambah. Selain karena sumber pendanaan makin beragam, tentunya karena banyak pemain baru yang akan terus bermunculan.

“Menurut saya pada semester II/2021 makin marak hadir startup-startup food tech sehingga persaingan makin ketat. Untuk yang mendapat suntikan dana, jumlahnya kemungkinan sekitar 6—10 startup,” ujarnya.

Tak jauh berbeda, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan sektor kuliner memiliki basis konsumen yang pasti dan besar di Indonesia.

“Tren ini ditangkap para startup kuliner dengan memberikan konsep penyajian yang konsisten, berkualitas, cepat dan scalable. Dengan pangsa pasar yang besar dan konsep bisnis yang baku untuk percepatan maka akan menarik minat investor,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (20/12/2020).

Lebih lanjut, dia menjelaskan selama pandemi Covid-19, sektor food tech dituntut meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan ketidakpastian. Salah satu indikatornya adalah diversifikasi, baik dalam aspek produk, model bisnis, segmen pelanggan, dan lainnya.

“Saat ini makin banyak sosok pendiri yang mampu membangun tim yang lengkap dan solid. Mempunyai model bisnis yang jelas, serta efisien dalam penggunaan dana [unit ekonomi yang terukur] sehingga cash-runway dapat optimal dalam menghadapi dinamika pasar,” ujarnya.

Dia melanjutkan pada 2021 terdapat beberapa tantangan yang masih perlu diantisipasi pemain food tech, seperti standarisasi, prosedur operasional yang baku dan scalable, serta pola marketing terpadu dengan memanfaatkan jalur digital.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper