Bisnis.com, JAKARTA – Potensi cukup jelas dari populasi dan demografi Indonesia menjadi katalisator untuk pemodal menyuntikan dana ke startup food tech pada 2021.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa faktor lain kuliner masih jadi incaran investasi, karena para pemain makin cerdas untuk memasarkan atau mencitrakan produknya.
“Selain menjaga rasa, mereka [pemain] makin kuat menjaga konsistensi ketika skala bisnis naik. Utamanya [pemain] andalkan dengan metode franchise,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (20/12/2020).
Dia pun menyarankan agar pemain tidak mudah puas dan tetap mengkaji ragam indikator untuk bisa tetap bersaing dan memimpin pasar ke depan. Pasalnya, terdapat banyak faktor lainnya investor lama tetap bertahan dan pemodal baru masuk untuk tetap menyuntikan dana.
“[Investor] biasanya akan terus melihat jumlah cabang, omzet harian, dan tentunya potensi keuntungan, serta proyeksi bisnis dalam 2—3 tahun ke depan.
Selain itu, tiga indikator lain yang dikaji. Pertama, kapasitas para pendiri dan cara mengelola keuangan. Kedua, market yang dibidik. Terakhir, prospek peningkatan skala bisnis.
Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa terdapat tantangan utama yang akan dihadapi para pemain pada 2021 yang memberikan dampak pada pengembangan bisnis mereka.
“Tantangan utama masih di daya beli. Apalagi untuk sektor kuliner, salah satunya bisnis kopi. Hal itu karena nongkrong dibatasi, dan bisa ngopi di rumah dengan biaya lebih jauh lebih murah,” katanya
Selain itu, Heru menilai dukungan pemerintah dan swasta sudah mencukupi dan sekarang ini cukup agresif membuat program dukungan di beberapa daerah destinasi yang notabene akan mendukung bisnis kuliner juga.
“Seperti program akselerasi akan mempercepat startup di sektor ini berkembang namun pelaku harus pintar-pintar memilih platform akselerasi mana yang akan mereka ikut,” ujarnya.