Masa Depan Siaran TV 8K, Bisa Pakai Frekuensi 40 MHz

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 21 Desember 2020 | 19:20 WIB
Ilustrasi. Warga Palestina menonton televisi menyiarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpidato dimana ia diharapkan mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai ibukota Istael, di Kota Tua Yerusalem, Rabu (6/12/2017). /Reuters
Ilustrasi. Warga Palestina menonton televisi menyiarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpidato dimana ia diharapkan mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai ibukota Istael, di Kota Tua Yerusalem, Rabu (6/12/2017). /Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pita frekuensi radio sebesar 40 MHz dinilai cukup untuk mengakomodir kebutuhan teknologi penyiaran ke depan. Jumlah pemain yang diperkirakan makin sedikit dan teknologi yang makin andal akan membuat pemanfaatan frekuensi makin hemat untuk industri penyiaran.

Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro ITB, Ian Yosef M. Edward mengatakan teknik modulasi, teknik yang membuat pemanfaatan spekturm frekuensi makin hemat, saat ini terus berkembang.

Teknologi ini dapat diterapkan di teknologi penyiaran terkini seperti 8K, sehingga teknologi 8K tidak memakan spektrum frekuensi terlalu lebar atau boros. Dengan modulasi terbaru, siaran 8K dapat menampung lebih dari 3 program.

“Biasanya perkembangan teknologi diiringi juga perkembangan modulasi jadi tidak harus 8K ditambah lebar pita frekuensi,” kata Ian kepada Bisnis.com, Senin (21/12/2020).

Ian juga meyakini bahwa lebar pita atau bandwidth sebesar 40 MHz yang disiapkan Kemenkominfo di 700 MHz untuk teknologi penyiaran terkini, sudah sangat cukup. Pasalnya, menurut Ian, ke depan selain teknologi makin andal, jumlah pemain di industri penyiaran akan makin ramping.

Perampingan jumlah pemain terjadi karena persaingan yang makin ketat dan gempuran layanan media baru Over The Top (OTT) yang mengikis pemasukan dari iklan.

“Berapa banyak jumlah lembaga penyiaran saat ini? 18? Apakah semua masyarakat menonton 18 siarang televisi tersebut? Tidak juga,” kata Ian.

Ian berpendapat bahwa tantangan terberat dalam peralihan siaran analog ke digital adalah mendorong masyarakat untuk menonton siaran digital. Dari sisi peralatan, masyarakat banyak yang belum memiliki set top box atau dekoder, sehingga tidak dapat menonton siaran digital.

Dekoder adalah alat yang berisikan perangkat dekoder yang berguna untuk mengatur saluran televisi yang akan diterima, kemudian dipilih sesuai kebutuhan. Perangkat ini akan menghasilkan keluaran berupa gambar, suara, dan layanan lainnya untuk televisi.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper