Bisnis.com, JAKARTA – Proses validasi dan kesiapan sumber daya manusia dinilai menjadi tantangan terberat yang harus diantisipasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. sebelum menghadirkan aplikasi untuk distribusi vaksin Covid-19.
Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Nonot Harsono mengatakan sebagai operator aplikasi, Telkom harus dapat membuat sistem validasi yang andal agar distribusi vaksin tepat sasaran.
Vaksin sebagai barang yang sangat dibutuhkan saat ini, harus memiliki sistem validasi pengiriman dan penerimaan yang ketat, seperti validasi dengan sistem sidik jari.
“Karena nanti ada kaitannya dengan apakah vaksin tersebut ada penyalahgunaan atau tidak. Sampai tidak ke masyarakat. Aplikasinya itu harus memiliki sistem validasi berlapis,” kata Nonot kepada Bisnis.com, Selasa (8/12/2020).
Nonot juga mempertanyakan mengenai kapabilitas sumber daya manusia yang dimiliki Telkom dalam membuat aplikasi. Pasalnya, untuk menciptakan dan juga menggunakan aplikasi, dibutuhkan SDM yang mumpuni, yang saat ini tidak banyak terdapat di Indonesia.
“Bisnis teknologi seperti bisnis restoran, tukang masaknya selalu dibajak. Kita berpikir positif kalau Telkom menyanggupi maka ada SDM-nya,” kata Nonot.
Permasalahan sumber daya manusia merupakan permasalahan akut di industri teknologi di Tanah Air. Dalam bidang teknologi apapun, selalu ada gap antara pertumbuhan teknologi dengan talenta digital yang terdapat di Indonesia.
Dalam hal pemanfaatan komputasi awan misalnya, Boston Consulting Group (BCG), perusahaan konsultan manajemen global, mengungkapkan kesenjangan keterampilan menjadi masalah utamanya dalam pemanfaatan komputasi awan di Tanah Air (65 persen).
Di luar kesenjangan keterampilan, perusahaan atau organisasi juga dihadapkan dengan permasalahan internal lainnya seperti kesulitan memahami model operasi komputasi awan, adopsi bisnis yang rendah, hingga perasaan tidak mendapat manfaat apa-apa.
Senada, laporan Google, Temasek dan Bain&Company juga menyebutkan bahwa tantangan Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi digital yang sempurna, terdapat pada jumlah talenta digital yang sangat terbatas.