Ini Penghalang Merger Smartfren dan Tri Indonesia

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 7 Desember 2020 | 16:42 WIB
Ilustrasi SIM Card/Reuters
Ilustrasi SIM Card/Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ego pemegang saham diperkirakan akan menjadi penghalang, seandainya 3 Indonesia dan Smartfren memutuskan untuk berkonsolidasi.

Chief of Marketing Jarvis Asset Management, Kartika Sutandi menilai bahwa konsolidasi antara PT Smartfren Telecom Tbk. dengan PT Hutchison 3 Indonesia sulit terjadi karena ego masing-masing pemegang saham.

Li Ka-Shing -- yang merupakan pemilik Hutchison -- adalah salah satu orang terkaya di Hongkong dan Asia Timur. Kartika berpendapat Li Ka Shing berambisi untuk menjadi pemimpin dalam konsolidasi tersebut. Di lain sisi, Smartfren terafiliasi dengan Sinar Mas Grup tidak ingin mengalah begitu saja, mengingat konsolidasi terjadi di Indonesia.

“Yang satu orang terkaya di Indonesia dan satu lagi terkaya di Asia Tenggara. Kira-kira kalau merger siapa yang jadi pemimpin?” kata Kartika kepada Bisnis.com, Minggu (7/12/2020).

Meski demikian, kata Kartika, seandainya kedua perusahaan melebur akan melahirkan sebuah perusahaan dengan kondisi finansial yang sangat kokoh, dengan latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham.

Smartfren dan 3 Indoneisa juga memiliki fokus pengembangan teknologi yang sama sejak beberapa tahun terakhir, yakni teknologi 4G. Sehingga pengembangan jaringan perusahaan gabungan keduanya juga akan lebih murah, karena terfokus pada satu teknologi saja.

“Kalau merger itu sangat bagus. Sama seperti Gojek dan Grab, jika merger, siapa yang jadi bos?” kata Kartika.

Kartika berpendapat bahwa selain 3 Indonesia dengan Smartfren, skema konsolidasi yang mungkin terjadi dengan diperbolehkannya pengalihan spektrum frekuensi, adalah 3 Indonesia dengan XL Axiata dan Smartfren dengan Indosat.

Dengan skema konsolidasi tersebut maka peta kompetisi akan makin ramping dan mudah diukur. Jumlah pemain operator seluler, kata Kartika, akan mencapai jumlah ideal yaitu 3 operator selule, yaitu Telkomsel, perusahaan peleburan Smartfren dan Indosat serta perusahaan hasil peleburan 3 Indonesia dengan XL Axiata.

“Dengan tiga pasang ini nantinya, kompetisi tetap ada dan mudah untuk membandingkan kinerja antara perusaha dalam negeri [Telkomsel], semi swasta [Indosat – Smartfren] dan murni swasta [3 Indonesia – XL]” kata Kartika.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper