Amvesindo: Ini Cara Agar Startup Indonesia Dilirik Investor

Akbar Evandio
Jumat, 4 Desember 2020 | 18:30 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) menilai ketegangan antara Amerika Serikat dan China dapat dimanfaatkan untuk menguatkan ekosistem perusahaan rintisan di Tanah Air.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan bahwa aliran dana yang mengalir ke Indonesia tidak hanya bermuara ke startup, tetapi juga infrastruktur teknologi. Sekadar catatan, saat ini Google dan Alibaba Cloud telah membangun pangkalan data (data center) di Tanah Air.

“Saat ini, tinggal bagaimana menangkap peluang kerja sama antara pemerintah, khususnya Kementerian Luar Negeri, agar China dan Amerika Serikat juga menempatkan pabriknya di Indonesia,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (4/12/2020).

Namun, Edward melihat bahwa makin panasnya hubungan dari kedua Negara tersebut tidak terlalu berpengaruh dari sisi pendanaan, hal ini karena investor Amerika Serikat jarang masuk ke Indonesia secara langsung.

“Contoh saja Sequoia Capital yang memiliki cabang, untuk investasi ke Indonesia mereka melalui Sequoia India yang pada 2019 berinvestasi di Gojek, Tokopedia, dan Traveloka melalui program Surge dan mengalokasikan dana US$1 juta hingga US$2 juta [sekitar Rp 14,2 miliar-Rp 28,4 miliar] per startup,” ujarnya.

Untuk China, dia mengatakan bahwa Negeri Bambu tersebut lebih berfokus mengalihkan dana segar mereka di jalur sutra, seperti Vietnam yang dinilai memiliki keunggulan pada sektor tertentu yang menyentuh komponen bahan baku dan teritori yang sesuai bagi China.

“Di sini ada pekerjaan rumah buat pemerintah untuk membuat sinkronisasi kenyamanan berinvestasi, sehingga ini yang menjadikan pemerintah melihat uu cipta kerja sebagai urgensi untuk mewujudkan peluang agar peralihan dana masuk ke negara kita,” katanya.

Lebih lanjut, Edward mengatakan bahwa Negara lain yang memiliki potensi untuk dilirik oleh Amerika Serikat dan China, adalah Singapura. Menurutnya Negeri Jiran tersebut merupakan hub investasi.

“Kalau Singapura juga menjadi pilihan karena yurisdiksi di sana lebih mapan dan mereka memiliki kapital yang besar, sehingga mereka [Amerika dan China] lebih nyaman berinvestasi di sana. Kemudian, secara struktural, penanaman modal di negara ini dinilai lebih menguntungkan bagi lembaga pembiayaan dan perusahaan rintisan,” katanya.

Berdasarkan laporan DealStreetAsia bertajuk SE Asia Deal Review kuartal III/2020, Singapura menyumbang 58 persen terhadap total dana yang terkumpul di Asia Tenggara. Sedangkan, penggalangan dana di Tanah Air turun lebih dari 50 persen dibandingkan kuartal kedua (qoq).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper