Bisnis.com, JAKARTA - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus memanas dinilai berdampak pada ekosistem teknologi global.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan bahwa saat ini ketegangan tersebut mendorong pengalihan investasi dari kedua negara ke startup Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dia mengatakan bahwa Indonesia menjadi alasan pengalihan lantaran potensi dari jumlah pengguna internet dan nilai ekonomi digital Tanah Air cukup besar.
“Nilai ekonomi digital, baik dari sisi GDP, pangsa pasar memang yang menarik bagi investor, terutama investor dari AS dan China, sebagai pemain ekonomi digital terbesar. Namun, yang harus diantisipasi adalah jangan sampai kita hanya menjadi penonton menjadi di negeri sendiri,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (4/12/2020).
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), pengguna internet Indonesia mengalami kenaikan pengguna, yakni sebesar 8,9 persen atau dari 171,2 juta pada 2018 menjadi 196,7 juta per kuartal II 2020.
Sementara itu, menurut laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy SEA 2020’ nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara mencapai US$105 miliar (sekitar Rp1.475 triliun) pada 2020. Adapun, Indonesia menyumbang hingga US$44 miliar (sekitar Rp619 triliun).