BRTI Dibubarkan, Telkom (TLKM) Diuntungkan?

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 30 November 2020 | 14:31 WIB
Teknisi melakukan pengecekan pada salah satu base transceiver station (BTS) di Jakarta, Senin (27/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Teknisi melakukan pengecekan pada salah satu base transceiver station (BTS) di Jakarta, Senin (27/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pembubaran Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) secara tiba-tiba menimbulkan kekhawatiran. Tidak hadirnya lembaga independen berisiko membuat persaingan di industri telekomunikasi berat sebelah dan menguntungkan perusahaan telekomunikasi milik negara.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengkhawatirkan ketidakhadiran lembaga independen di dalam industri telekomunikasi. Menurutnya kondisi tersebut berisiko membuat kompetisi menjadi tidak seimbang.

Dia mengatakan bahwa peran pemerintah sebagai regulator, hanya berlaku ketika industri telekomunikasi bersifat monopoli. Negara-negara di dunia – termasuk di Asia Tenggara – telah meninggalkan sistem kompetisi monopoli, sehingga diperlukan lembaga independen yang berfungsi sebagai pengatur, pengedalian dan pengawas industri telekomunikasi yang bersikap netral.

“Secara internasional, oleh Uni Telekomunikasi Internasional [ITU] dikhawatirkan akan lebih berpihak pada BUMN yang dimiliki pemerintah,” kata Heru kepada Bisnis.com, Minggu (29/11/2020).

Dia mengatakan lembaga independen dibutuhkan agar kompetisi sektor telekomunikasi terjaga. Terdapat sejumlah isu sensitif yang membutuhkan kehadiran lembaga independen dalam penyusunan peraturan untuk isu-isu tersebut.

Beberapa isu sensitif yang dimaksud Heru a.l., tarif, interkoneksi, penomoran, spektrum frekuensi, kualitas layanan, pengawasan dan pengendalian industri telekomunikasi.

“Keterlibatan masyarakat itu agar kebijakan yang diambil tidak berat sebelah atau lebih mendukung perusahaan negara daripada industri keseluruhan,” kata Heru.

Heru menilai bahwa peran BRTI dalam perubahan industri telekomunikasi Indonesia cukup besar. Dalam hal penarifan, Indonesia awalnya adalah negara paling mahal kedua di Asia Pasifik di era 2005 di bawah New Zealand, tetapi kemudian dengan kebijakan interkoneksi dan tarif, Indonesia berubah menjadi negara dengan tarif termurah di dunia, yang dalam perjalanannya menjadi terjangkau bagi masyarakat

Dari sisi kualitas layanan, saat liburan Hari Raya Lebaran, Hari Raya Natal dan Tahun Baru, kualitas layanan telekomunikasi dahulu selalu anjlok. BRTI hadir membenahi permasalahan tersebut dengan fungsi pengawasan yang dimiliki sehingga operator bisa siap dan terbiasa siap hadapi trafik tinggi di hari besar keagamaan dan juga saat bencana terjadi

Selain itu, BRTI selama juga dinilai sukses menyelenggarakan lelang frekuensi 3G yang lebih transparan dan menghasilkan uang triliunan bagi negara, kemudian juga beberap lelang frekuensi lainnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper