Bisnis.com, JAKARTA - Space DC, perusahaan penyedia data center, menyatakan saat ini terus mengembangkan platform terhubung yang tangguh, seiring dengan interkonektivitas di banyak negara-negara berkembang Asia Pasifik yang sedang melaju pesat untuk mendukung ekonomi digital yang sedang berkembang.
Carolyn Harrington, Chief Operating Officer, SpaceDC menyatakan dengan pandemi global yang membuat dunia lengah, kebutuhan akan data center telah tumbuh secara eksponensial seiring dengan percepatan pergerakan digitalisasi bisnis dan konsumsi data melalui saluran-saluran digital.
“Operator data center memprediksi permintaan di masa depan berdasarkan permintaan pelanggan saat ini, kemudian pandemi global datang dan pelanggan mengambil dan membutuhkan ruang yang lebih dari yang sebenarnya dimiliki,” ujarnya seperti dikutip, Senin (23/11/2020).
Menurutnya, untuk sebuah data center sukses, latency yang rendah dan koneksi yang kuat ke beberapa perusahaan telekomunikasi dan Internet Service Providers (ISP) merupakan kunci. "Terutama kebutuhan untuk hyperscale yang jumlahnya terus bertambah di mana membutuhkan berbagai ISP untuk membangun dalam redundancy," ujarnya.
Menurutnya untuk mendapatkan pilihan telekomunikasi dan ISP yang lebih banyak, dibutuhkan sejumlah besar Saluran Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang masuk ke dalam suatu negara, dan diperlukan konektivitas yang tinggi di data center negara itu untuk mendapatkan manfaat dari jaringan kabel ini.
Untuk pasar negara berkembang seperti Indonesia di mana ekonomi internet tumbuh lebih cepat daripada negara lain di Asia Tenggara, jumlah SKKL meningkat dengan pesat untuk memenuhi permintaan infrastruktur dan konektivitas TI yang besar.
Baca Juga Ada Usulan Batasan Usia dalam RUU PDP |
---|
“Ada pertumbuhan yang sangat besar jumlah titik SKKL yang terpasang di tempat-tempat seperti Jakarta. Kami mulai melihat negara-negara seperti Filipina dan Vietnam juga meningkatkan jumlah penempatan SKKL mereka,” tutur Carolyn.
Saat ini terdapat sekitar 16 SKKL yang menyediakan konektivitas internasional ke Indonesia. Tahun lalu, Google meluncurkan jaringan kabel Indigo mereka, menghubungkan Sydney dan Perth dengan Jakarta dan Singapura, sehingga memperkuat konektivitas antara Australia dan Asia Tenggara.
“Hal ini menunjukkan permintaan infrastruktur dan konektivitas TI yang sangat besar untuk pasar negara-negara berkembang seperti Indonesia yang sangat bagus untuk penyedia data center, perusahaan telekomunikasi dan bisnis seperti AWS dan Google,” ujarnya.
Sekain itu, terdapat juga lebih banyak sistem kabel domestik di negara ini, karena kota-kota seperti Jakarta mulai memanfaatkan jaringan kabel internasional dan berinvestasi menjadi smart city untuk menarik lebih banyak investasi dari raksasa teknologi dan penyedia data center yang berpengaruh.
Pada akhir 2019, Indonesia menyelesaikan proyek Palapa Ring dengan biaya USD 1,5 miliar untuk menghadirkan akses Internet 4G ke 500 kabupaten di seluruh nusantara melalui lebih dari 21.747 mil kabel darat dan laut. Palapa Ring menawarkan kapasitas jaringan hingga 100 Gbps, bahkan di daerah yang lebih terpencil di negara ini.
Sebagai hasil dari kemajuan ini, pihaknya melihat saat ini pemain besar seperti Google, AWS, Alibaba Cloud, Tencent, Huawei IBM, dan Oracle masuk ke pasar Indonesia.