Bisnis.com, JAKARTA - Seorang Pria asal Sumatra Utara bernama Joshua Hutagalung dikabarkan telah menjual batu meteor seharga Rp25 miliar pada ahli meteor asal AS bernama Jared Collins.
Joshua mengatakan benda langit itu jatuh pada 4 Agustus 2020, dengan berat 2,2 kilogram menghantam beranda di tepi ruang tamunya.
Lantas, darimana asalnya batu meteorit temuan Joshua itu?
Pada Agustus 2020 ini, memang terjadi fenomena hujan meteor perseid. Fenomena ini terjadi sejak 17 Juli 2020 hingga puncaknya pada 12 Agustus 2020 lalu.
Jika dikaitkan dengan klaim temuan Joshua pada 4 Agustus 2020, maka bisa jadi ini merupakan bagian dari meteor perseid tadi.
Dilansir dari Earthsky, Hujan meteor perseid adalah hujan meteor tahunan yang mudah terlihat dari seluruh bumi belahan utara, yang terjadi setiap bulan pada Agustus. Momen ini juga pada akhirnya ketika wisatawan melakukan perjalanan berkemah.
Seperti kebanyakan hujan meteor, Perseid disebabkan oleh komet. Debu dan puing-puing yang mereka tumpahkan saat melintasi tata surya bagian dalam dan melintasi jalur orbit Bumi mengelilingi Matahari, inilah yang disebut meteoroid.
Saat fenomena ini terjadi, sekitar puluhan hingga ratusan bintang jatuh di langit malam, sekitar pada tengah malam. Bahkan, pada puncaknya, ada 100 meteor melintas.
Perseid adalah komet 109P atau Swift-Tuttle, yang terakhir memasuki Tata Surya pada 1992 dan akan jatuh tempo pada Juli 2126 lalu pada tahun 2261.
Bisakah Komet Swift-Tuttle menghantam Bumi? Pertama kali ditemukan pada 1862, Swift-Tuttle adalah objek tata surya terbesar yang berulang kali melintas di dekat Bumi. Nukleusnya berdiameter 16 mil atau 26 kilometer, yang jauh lebih besar dari asteroid pembunuh dinosaurus yang menghantam Bumi 66 juta tahun lalu.
Kendati demikian, para astronom menyatakan bahwa benda luar angkasa itu tidak akan menyerang atau menghantam Bumi dalam beberapa ribu tahun mendatang.