Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian baru yang luar biasa menunjukkan hewan tertentu seperti kelelawar menjaga jarak sosial mereka saat sakit.
Para ilmuwan menyaksikan perilaku aneh tersebut dalam kondisi laboratorium.
Namun, mereka selanjutnya perlu melihat apakah mamalia terbang tersebut bertindak dengan cara yang sama di alam liar. Tim peneliti memperoleh 31 kelelawar vampir betina dewasa dari pohon berlubang di Belize.
Mereka kemudian menyuntikkan setengah kelelawar tersebut dengan zat lipopolisakarida yang mengurangi kekebalan tubuh. Hal ini membuat mereka sakit, sementara separuh lainnya bertindak sebagai kelompok kontrol dengan hanya menerima suntikan garam.
Para peneliti kemudian memasang sensor jarak ke kelelawar, sebelum mengembalikan makhluk itu ke alam liar. Para ilmuwan melanjutkan untuk melacak bagaimana 16 kelelawar sakit dan 15 kelelawar kontrol berubah dari waktu ke waktu. Mereka menemukan hewan yang sakit menghabiskan lebih sedikit waktu di dekat kelelawar lain.
Dan sebagai tambahan, mereka juga menjauhi kelompok, termasuk dengan spesimen yang sehat.
Singkatnya, penelitian ini menemukan dalam enam jam setelah injeksi, kelelawar sakit rata-rata berhubungan dengan empat rekan lebih sedikit daripada satu yang disuntik dengan larutan garam.
Mereka juga mempelajari bagaimana perbedaan tersebut menurun setelah enam jam pertama dan ketika kelelawar tidur atau mencari makan di luar.
Dr Simon Ripperger dari Ohio State University, yang merupakan penulis utama dari studi tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Sensor memberi kami pandangan baru yang menakjubkan tentang bagaimana perilaku sosial kelelawar ini berubah dari jam ke jam dan bahkan menit ke menit selama siang dan malam, bahkan saat mereka bersembunyi di kegelapan pohon berlubang. Kami telah beralih dari mengumpulkan data setiap hari menjadi setiap beberapa detik," ujar Ripperger seperti dikutip dari express.co.uk
Mereka menganggap hasil penelitian ini sebagai hal luar biasa, perilaku seperti itu bahkan tidak jarang di antara hewan lain. Menurut artikel Scientific American di awal tahun, lobster, monyet, ikan, serangga, dan burung juga diketahui memiliki jarak sosial ketika mereka mendeteksi penyakit pada rekan-rekan mereka.
Hal ini mungkin karena hewan memahami bagaimana interaksi dengan hewan menular dapat mengakibatkan terserang gelombang demi gelombang penyakit. Perilaku berbahaya seperti itu dapat membahayakan seluruh spesies mereka.
Berita tersebut bertepatan dengan penelitian terkait yang mengungkap mengapa kelelawar tidak sakit saat membawa virus zoonosis yang berakibat fatal bagi manusia.
Temuan tentang imunologi kelelawar oleh Profesor Wang Linfa, memberikan petunjuk penting untuk penelitian medis masa depan tentang penyakit manusia.
Pengetahuan baru tentang mekanisme molekuler yang digunakan oleh kelelawar untuk menekan virus seperti SARS-CoV-2, patogen di balik pandemi coronavirus, dianggap sebagai bagian penting dari teka-teki yang berpotensi mampu mengarah pada terobosan signifikan dalam pengobatan.
Profesor Patrick Casey dari Sekolah Kedokteran Duke-NUS Singapura mengatakan: “Penelitian Profesor Wang jauh lebih penting dalam konteks COVID-19, dengan berkontribusi pada pemahaman yang lebih besar tentang bagaimana penyakit zoonosis bertahan di alam, dan berpotensi membantu pendekatan baru untuk mengelola wabah di masa depan,"