Bisnis.com, JAKARTA – PT Hutchison 3 Indonesia mengaku tertarik untuk menjadi mitra Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (Bakti) guna memberikan layanan di 7.904 titik desa.
Wakil Presiden Direktur 3 Indonesia Danny Buldansyah mengatakan bahwa pihaknya tertarik untuk terlibat memberikan layanan di kawasan ribuan desa di kawasan tertinggal, terdepan dan terluar (3T) selama sudah terdapat infrastruktur telekomunikasi jaringan akses wilayah tersebut.
Keberadaan jaringan akses, kata Danny, dapat melengkapi jaringan tulang punggun Palapa Ring yang selama ini belum terhubung secara optimal.
“Mudah-mudah kami akan hadir di sana selama sudah ada infrastruktur telekomunikasi,” kata Danny kepada Bisnis, Minggu (6/9).
Adapun mengenai tarif layanan yang diperkirakan akan setara antara desa di wilayah 3T dengan desa di Pulau Jawa, kata Danny, tergantung dari kesepakatan bisnis antara pemerintah dengan operator seluler dalam hal imbal hasil.
Meskipun demikian, dia meyakini bahwa dengan hadirnya operator lain di kawasan 3T melalui infrastruktur Bakti tersebut, harga dan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat di kawasan 3T akan makin bagus dan kompetitif.
Dia juga mengusulkan agar tidak ada eksklusivitas dalam penyewaan infrastruktur telekomunikasi milik Bakti, agar tidak terjadi monopoli.
“Bakti membangun dengan menggunakan uang dari operator. Bagaimana caranya hanya diperuntukan bagi operator tertentu. Selain itu, jika eksklusif nanti tidak ada kompetisi harga,” kata Danny.
Sekadar catatan, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) berencana membangun infrastruktur telekomunikasi last mile guna menyalurkan internet di 7.904 titik desa.
Sebagian desa tersebut berdekatan dengan Sistem Komunikasi Kabel bawah Laut (SKKL) Palapa Ring. Lelang untuk proyek tersebut rencananya akan dilakukan pada Oktober - Desember 2020.
Lelang bakal melibatkan pelaku penyelenggara jaringan tetap tertutup. Proyek ini diperkirakan memiliki nilai investasi sekitar Rp21 triliun yang diambil dari dana APBN dan PNB non-USO.
Mengenai hak eksklusivitas atas penyelenggaraan di tiap titik desa, dalam dokumen yang diterima Bisnis, Bakti menyampaikan bahwa infrastruktur telekomunikasi milik Bakti dapat menganut skema eksklusivitas – satu titik desa, satu operator seluler – maupun skema berbagi infrastruk telekomunikasi dengan operator seluler lainnya.
Pembanguan BTS Bakti di 7.094 desa rencananya akan dilakukan pada periode 2020 -2022. Untuk 2020, rencananya BTS akan dibangun di 639 titik, dengan fokus pembangunan di wilayah Nusa Tenggara (233 titik).