Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Astindo) memprediksi konsolidasi menjadi jalan keluar yang realistis bagi perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air untuk saat ini.
Ketua Umum Astindo, Handito Joewono menyebutkan bahwa hal tersebut lantaran risiko penurunan nilai investasi untuk startup di Tanah Air masih akan terus berlanjut hingga kuartal I/2021.
“Kuartal selanjutnya juga akan turun lagi, masih ada potensi turun yang saya prediksi hingga awal 2021 nanti. Pada kuartal I/2021 masih akan mengalami penurunan, sehingga konsolidasi menjadi langkah realistis dan solusi saat ini,” tuturnya kepada Bisnis.com, Minggu (23/8/2020).
Berdasarkan laporan Cento Ventures, terjadi penurunan jumlah investasi yang digelontorkan kepada perusahaan teknologi di kawasan Asia Tenggara, pada kuartal II/2020 bila dibandingkan dengan kuartal II/2019 sebesar 15 persen.
Meskipun mengalami penurunan nilai yang diinvestasikan, tetapi dapat dikatakan bahwa kondisi Asia Tenggara masih lebih baik dibandingkan dengan India, Amerika Utara dan Uni Eropa.
Hal ini lantaran jumlah volume transaksi di India turun 16 persen secara tahunan, dengan nilai transaksi yang juga turun sebesar 13 persen secara tahunan.
Sementara itu, volume transaksi di Amerika Utara turun 22 persen secara tahunan dengan nilai investasi yang turun sebesar 8 persen dibandingkan dengan kuartal II/2019.
Uni Eropa mencatatkan penurunan volume transaksi dan nilai investasi yang paling dalam. Jumlah kesepakatan di Uni Eropa turun 27 persen secara tahunan dengan nilai investasi yang turun 21 persen secara tahunan.
Adapun secara global, dibandingkan dengan kuartal II/2019, jumlah kesepakatan pada kuartal II/2020 turun sebesar 42 persen dengan nilai investasi yang juga turun sebesar 7 persen.
Handito pun menilai bahwa dari laporan tersebut posisi startup di Tanah Air belum memiliki peringkat yang tinggi saat ini. Pasalnya, startup di Indonesia masih menyasar kebutuhan dalam negeri, dan hal ini pun yang menjadi alasan penurunan nilai investasi cenderung lebih kecil dibanding negara lain.
Menurutnya, penurunan juga terjadi dikarenakan banyak pemilik dana yang kemudian mengambil langkah konsolidasi untuk mempersiapkan diri agar dapat kuat untuk bertahan hingga keadaan mulai pulih, untuk menata kembali agar fondasi makin kuat.
“Saya rasa memang akhirnya investor akan melakukan pendanaan ke sini [startup Tanah Air] ke sektor yang memang pasarnya besar, investor pun masih melirik Indonesia sebagai pasar dan bicara startup yang dilirik adalah yang memanfaatkan pasar Indonesia dan melayani kebutuhan seperti makanan, kesehatan, dan transportasi,” tuturnya.