Bisnis.com, JAKARTA — Proses pemindahan ibukota dari Jakarta ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara diyakini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap fluktuasi trading aset digital Indodax sebagai perusahaan yang bergerak di bidang aset digital, blockchain, serta penyedia platform jual-beli aset digital.
Menurut CEO Indodax, Oscar Darmawan, penerapan blockchain di ibukota yang baru bisa saja menjadi pilihan yang tepat mengingat pemerintah masih memiliki banyak waktu untuk mempelajari konsep blockchain yang ramah lingkungan untuk diterapkan di awal tahun 2024.
Pemerintah, lanjutnya, bisa belajar dari negara maju seperti China yang terus melakukan riset dan trial and errorterkait dengan hubungan blockchain dengan rantai industri publik, yakni Internet of Things (IoT).
Adapun, langkah yang dilakukan China tersebut dinilai lebih solutif, ekonomis, cerdas, dan kredibel yang akhirnya bermuara pada kesejahteraan sosial.
Selain itu, tidak menutup kemungkinan prosesi pemindahan ibukota sudah terlebih dahulu telah melihat kondisi pasar di era digital. Di Kalimantan sendiri, pengguna Indodax hampir mencapai 10% dari total keseluruhan anggota yang telah terdaftar, yakni sekitar 180.000.
“Bagi kami selaku perusahaan yang bergerak di bidang teknologi Blockchain, di manapun ibukota negara berlokasi, Indonesia tetap menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan teknologi blockchain di masa mendatang. Salah satu alasannya adalah penetrasi internet di Indonesia yang cukup baik dan respons masyarakat yang sebagian besar melihat teknologi baru sebagai kesempatan," jelas Oscar dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Selasa (3/9/2019).
Perusahaan juga dikatakan telah berkomitmen memelihara ekosistem komunitas ekonomi digital dengan terus aktif memberikan edukasi sebagai upayanya membangun kesiapan Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lain dalam mengimplementasikan teknologi blockchain.