Belajar Manajemen Krisis Siber dari Australia dan Belanda

Rahmad Fauzan
Senin, 26 Agustus 2019 | 18:41 WIB
Ilustrasi logo Yahoo di antara kode siber./Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi logo Yahoo di antara kode siber./Reuters-Dado Ruvic
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sedang menyusun manajemen tata kelola krisis siber nasional dengan tujuan utama memudahkan tiap-tiap pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan secara real-time apabila terjadi serangan.

Dalam proses penyusunannya, tentu lembaga tersebut bisa belajar dari beberapa negara lain dengan menajemen tata kelola penanganan krisis siber yang sudah mapan.

Ambil contoh Australia. Manajemen tata kelola krisis siber di Negara Kangguru ditangani oleh Australia Critical Infrastructure Center yang mengoordinasikan kapabilitas serta keahlian dari semua sektor untuk mengidentifikasi infrastruktur krisis nasional.

Adapun, lembaga tersebut ditugaskan untuk membuat standar arahan guna memastikan keberlangsungan infrastruktur kritis dalam menghadapi risiko-risiko nasional.

Australia juga memiliki Trusted Information Sharing Network (TISN), yakni lembaga pengayom pemilik dan operator infrastruktur kritikal nasional yang tugasnya berkaitan dengan information sharing serta kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan ketahanan infrastruktur kritikal nasional.

Di dalam lembaga tersebut, terdapat Critical Infrastructure Advisory Council yang terdiri atas berbagai sektor di bawah naungan Jaksa Agung dengan tugas membagikan data dan informasi di bawah naungan hukum sekiranya diperlukan adanya keterbukaan informasi untuk kepentingan kritikal nasional.

Sementara di Belanda, koordinasi kebijakan keamanan siber nasional berada di bawah tanggung jawab Ministry of Security and Justice dengan membentuk lembaga bernama Nationaal Cyber Security Centrum (NCSC) pada 2012 lalu.

Adapun, terdapat ada 2 struktur yang bertanggung jawab terhadap proses information sharing, baik sebelum maupun setelah krisis siber terjadi.

Sebelum krisis terjadi, salah satu badan yang terdiri atas kementerian, institusi, dan sektor-sektor lainnya, yaitu National Detection Network (NDN), akan memberikan threat intelligence terkait dengan krisis siber.

Sementara itu, setelah krisis terjadi, badan bernama National Response Network (NRN) yang terdiri atas institusi publik, privat, dan volunter, menjadi pihak yang berkontribusi dalam penyelesaian krisis.

Secara keseluruhan, jaringan organisasi berlatar belakang budaya model dan konsensus di Belanda memfasilitasi proses berbagi informasi antara sektor-sektor publik dan privat, di mana sedikitnya terdapat 14 Information Sharing and Analysis Centres (ISACs) yang berafiliasi dengan sektor.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper